Minggu, 24 Januari 2016

hadis-hadis perintah anjuran khusyu dalam sholat

BAB ANJURAN KHUSYU DALAM SHALAT َبَابُ اَلْحَثِّ عَلَى اَلْخُشُوعِ فِي اَلصَّلَاةِ


Hadits No. 251
Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang orang yang sholat bertolak pinggang. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim. Artinya: Orang itu meletakkan tangannya pada pinggangnya.
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : ( نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُصَلِّيَ اَلرَّجُلُ مُخْتَصِرًا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ. وَمَعْنَاهُ : أَنْ يَجْعَلَ يَدَهُ عَلَى خَاصِرَتِهِ


Hadits No. 252
Dalam riwayat Bukhari dari 'Aisyah: Bahwa cara itu adalah perbuatan orang Yahudi dalam sembahyangnya.
َوَفِي اَلْبُخَارِيِّ : عَنْ عَائِشَةَ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- أَنَّ ذَلِكَ فِعْلُ اَلْيَهُودِ


Hadits No. 253
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Apabila makan malam telah dihidangkan makanlah dahulu sebelum engkau sholat Maghrib. Muttafaq Alaihi.
َوَعَنْ أَنَسٍ- رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( إِذَا قُدِّمَ اَلْعَشَاءُ فَابْدَءُوا بِهِ قَبْلَ أَنْ تُصَلُّوا اَلْمَغْرِبَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Hadits No. 254
Dari Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Jika seseorang di antara kamu mendirikan sholat maka janganlah ia mengusap butir-butir pasir (yang menempel pada dahinya) karena rahmat selalu bersamanya. Riwayat Imam Lima dengan sanad yang shahih. Ahmad menambahkan: Usaplah sekali atau biarkan.
َوَعَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ فِي اَلصَّلَاةِ فَلَا يَمْسَحِ اَلْحَصَى فَإِنَّ اَلرَّحْمَةَ تُوَاجِهُهُ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ وَزَادَ أَحْمَدُ : وَاحِدَةً أَوْ دَعْ


Hadits No. 255
Dalam hadits shahih dari Mu'aiqib ada hadits semisal tanpa alasan.
َوَفِي اَلصَّحِيحِ عَنْ مُعَيْقِيبٍ نَحْوُهُ بِغَيْرِ تَعْلِيلٍ.


Hadits No. 256
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang (hukumnya) menoleh dalam sholat. Beliau menjawab: Ia adalah copetan yang dilakukan setan terhadap sholat hamba. Riwayat Bukhari. Menurut hadits shahih Tirmidzi: Hindarilah dari berpaling dalam shalat karena ia merusak jika memang terpaksa lakukanlah dalam sholat sunat.
َعَنْ عَائِشَةَ --رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا-- قَالَتْ : ( سَأَلْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلِالْتِفَاتِ فِي اَلصَّلَاةِ ? فَقَالَ : هُوَ اِخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ اَلشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ اَلْعَبْدِ ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ . وَلِلتِّرْمِذِيِّ : عَنْ أَنَسٍ - وَصَحَّحَهُ - ( إِيَّاكَ وَالِالْتِفَاتَ فِي اَلصَّلَاةِ فَإِنَّهُ هَلَكَةٌ فَإِنْ كَانَ فَلَا بُدَّ فَفِي اَلتَّطَوُّعِ )


Hadits No. 257
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Apabila seseorang di antara kamu sembahyang sebenarnya ia sedang bermunajat kepada Tuhannya. Maka janganlah sekali-kali ia meludah ke hadapannya dan ke samping kanannya tetapi ke samping kirinya di bawah telapak kakinya. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu riwayat disebutkan: Atau di bawah telapak kakinya.
َوَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فِي اَلصَّلَاةِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ فَلَا يَبْزُقَنَّ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَا عَنْ يَمِينِهِ وَلَكِنْ عَنْ شِمَالِهِ تَحْتَ قَدَمِهِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَفِي رِوَايَةٍ : ( أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ )


Hadits No. 258
Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Adalah tirai milik 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu menutupi samping rumahnya. Maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: Singkirkanlah tiraimu ini dari kita karena sungguh gambar-gambarnya selalu mengangguku dalam sholatku. Riwayat Bukhari.
َوَعَنْهُ قَالَ : ( كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا فَقَالَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا فَإِنَّهُ لَا تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ لِي فِي صَلَاتِي ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ


Hadits No. 259
Bukhari-Muslim juga menyepakati hadits dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu tentang kisah kain anbijaniyyah (yang dihadiahkan kepada Nabi dari) Abu Jahm. Dalam hadits itu disebutkan: Ia melalaikan dalam sholatku.
َوَاتَّفَقَا عَلَى حَدِيثِهَا فِي قِصَّةِ أَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ وَفِيهِ : ( فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي عَنْ صَلَاتِي )


Hadits No. 260
Dari Jabir Ibnu Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Hendaklah benar-benar berhenti orang-orang yang memandang langit waktu sholat atau pandangan itu tidak kembali kepada mereka. Riwayat Muslim.
َوَعَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَيَنْتَهِيَنَّ قَوْمٌ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى اَلسَّمَاءِ فِي اَلصَّلَاةِ أَوْ لَا تَرْجِعَ إِلَيْهِمْ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .


Hadits No. 261
Menurut riwayat dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Tidak diperbolehkan sholat di depan hidangan makanan dan tidak diperbolehkan pula sholat orang yang menahan dua kotoran (muka dan belakang.
َوَلَهُ : عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : ( لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ )


Hadits No. 262
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Menguap itu termasuk perbuatan setan maka bila seseorang di antara kamu menguap hendaklah ia menahan sekuatnya. Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dengan tambahan: Dalam sholat.
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( اَلتَّثَاؤُبُ مِنْ اَلشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اِسْتَطَاعَ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَزَادَ : ( فِي اَلصَّلَاةِ )

ref. terj kitab hadis bulughul marom

nabi isa seorang nabi bukan seorang anak tuhan ataupun tuhan

NABI ISA (6 SM - 30 M)

Pengaruh Nabi Isa terhadap sejarah kemanusiaan begitu jelas dan begitu besar. Akan halnya kekristenan, tak adalah kiranya masalahnya. Dalam perjalanan sang waktu tak syak lagi agama ini sudah peroleh pemeluk lebih besar dari agama lain setelah agama islam. Perlu ditegaskan bukanlah perihal pengaruh dari pelbagai agama yang menjadi titik perhitungan dalam peper ini, melainkan ihwal yang menyangkut pengaruh perorangan. Tidaklah seperti Agama Islam, Agama Nasrani didirikan bukan oleh seorang melainkan dua -- Isa dan St. Paul -- karena itu pengakuan jasa-jasa atas perkembangan agama itu harus dibagi sama antara kedua tokoh itu.

Nabi Isa meletakkan dasar-dasar pokok gagasan etika kekristenan termasuk pandangan spiritual serta ide pokok mengenai tingkah laku.manusia. Sedangkan teologi Kristen dikelola dasar-dasarnya oleh St. Paul. Isa mempersembahkan pesan-pesan spiritual sedangkan St. Paul menambahkannya ke dalam bentuk pemujaan terhadap Isa. Lebih dari itu, St. Paul merupakan penulis bagian-bagian penting Perjanjian Baru dan merupakan penganjur pertama orang-orang agar memeluk Agama Nasrani pada abad pertama lahirnya agama itu.

Isa terhitung berusia muda tatkala "wafat" (lain halnya dengan Buddha atau Muhammad), dan yang ditinggalkannya hanya sejumlah terbatas pengikut. Tatkala Isa mangkat, pengikutnya cuma terdiri dari sejumlah kecil sekte Yahudi. Baru lewat tulisan-tulisan St. Paul dan kegigihan khotbahnya yang tak kenal lelah, sekte kecil itu dirubah menjadi kekuatan dinamis dan merupakan gerakan yang lebih besar, baik terdiri dari orang Yahudi maupun bukan. Dari situlah-akhirnya- tumbuh menjadi salah satu agama besar dunia.

Akibat hal-hal itu sementara orang beranggapan St. Paul-lah dan bukan Isa yang lebih layak dipandang sebagai pendiri Agama Nasrani, karena itu tempatnya dalam daftar urutan buku ini mesti lebih tinggi ketimbang Isa! Biarpun sulit dibayangkan apa wujud kekristenan tanpa St. Paul, tapi sebaliknya juga amatlah jelas: tanpa Nabi Isa, Agama Nasrani tak akan pernah ada samasekali.

Sebaliknya, tampak tak beralasan menganggap Isa bertanggung jawab terhadap semua keadaan seperti penilaian gereja-gereja Kristen serta pribadi-pribadi pemeluk Agama Nasrani kemudian, khusus sejak Isa sendiri tidak setuju dengan sikap-sikap seperti itu. Di antara mereka -misalnya perang agama antar mazhab-mazhab Nasrani, penyembelihan kejam dan pemburuan terhadap orang Yahudi- merupakan kontradiksi dengan sikap dan ajaran Isa. Rasanya tak beralasan menganggap bahwa perbuatan itu disetujui oleh Isa.

Di samping itu walau ilmu pengetahuan modern pertama kali tumbuh di negeri-negeri pemeluk Nasrani di Eropa Barat tapi rasanya tidak kena kalau hal itu dianggap sebagai tanggung jawab Isa. Dengan sendirinya tak seorang pun di antara para pemuka pemeluk Kristen menafsirkan ajaran Isa sebagai suatu seruan untuk melakukan penyelidikan ilmiah terhadap dunia dalam arti fisik. Yang terjadi justru sebaliknya: berbondong-bondongnya masyarakat Romawi memeluk Agama Nasrani mengakibatkan merosotnya baik dasar umum teknologi maupun tingkat umum minat terhadap ilmu pengetahuan.

Bahwa ilmu pengetahuan kebetulan tumbuh di Eropa sebenarnya suatu petunjuk adanya kultur yang diwariskan turun-temurun yang selaras dengan jalan pikiran ilmiah. Ini samasekali tak ada sangkut-pautnya dengan ajaran-ajaran Isa tapi berkat pengaruh rasionalisme Yunani yang jelas tercermin dalam karya-karya Aristoteles dan Euclid. Adalah perlu dicatat timbulnya ilmu pengetahuan modern bukanlah di masa jaya-jayanya kekuasaan gerejani dan kesucian Kristen melainkan pada saat mulai menyingsingnya renaissance, saat tatkala Eropa sedang mencoba memperbaharui warisan sebelum Isa.

Kisah kehidupan Isa jika dikaitkan dengan Perjanjian Baru tentulah sudah tidak asing lagi bagi para pembaca, karena itu bisa membosankan jika dikunyah-kunyah lagi. Tapi, ada juga segi-segi yang masih layak dicatat. Pertama, sebagian terbesar informasi yang kita peroleh tentang kehidupan Isa tidak karu-karuan, simpang-siur tak menentu. Bahkan kita tidak tahu siapa nama aslinya. Besar kemungkinan nama aslinya Yehoshua, sebuah nama umum orang Yahudi (orang Inggris menyebutnya Yoshua). Dan tahun kelahirannya pun tidaklah pasti, walaupun tahun 6 sebelum Masehi dapat dijadikan pegangan.

Bahkan tahun wafatnya pun yang mestinya diketahui dengan jelas oleh para pengikutnya, juga belum bisa dipastikan hingga hari ini. Isa sendiri tidak meninggalkan karya tulisan samasekali, sehingga sebetulnya segala sesuatu mengenai peri kehidupannya berpegang pada penjelasan Perjanjian Baru.

Malangnya, ajaran-ajaran Isa bertentangan satu sama lain dalam banyak pokok masalah. Matthew dan Lukas menyuguhkan versi yang samasekali berbeda mengenai kata-kata akhir yang diucapkan Isa. Kedua versi ini sepintas lalu tampak berasal dari kutipan-kutipan langsung dari Perjanjian Lama.

Sesungguhnya bukanlah barang kebetulan Isa mampu mcngutip dari Perjanjian Lama. Sebab, meskipun Isa pemuka Agama Nasrani, dia sendiri sebetulnya seorang Yahudi yang taat. Sudah sering sekali ditunjukkan bahwa Isa dalam banyak hal teramat mirip dengan nabi-nabi kaum dari Perjanjian Lama dan dia terpengaruh secara mendalam dengan mereka. Seperti halnya nabi-nabi, Isa memiliki pesona personalitas luar biasa yang meninggalkan kesan mendalam dan tak terhapuskan begitu bertemu dengannya. Isa seorang yang mempunyai daya kharisma dalam arti yang sesungguh-sungguhnya .

Berbeda sangat dengan Muhammad yang menggenggam kekuasaan agama dan politik di satu tangan, Isa tidak yunya pengaruh politis di masa hidupnya ataupun di abad berikutnya. (Kedua manusia itu memang punya pengaruh tidak langsung dalam jangka panjang perkembangan politik). Isa menyebar pengaruh sepenuhnya dalam ruang lingkup etika dan merupakan seorang pemimpin spiritual.

Apabila peninggalan Isa semata-rnata dalam kwalitas selaku pemuka spirituaI, tentu saja tepat jika orang mempertanyakan sampai sejauh mana gagasan spiritualnya mempengaruhi dunia. Salah satu sentral ajaran Isa tentu saja Golden Rule-nya. Kini, Golden Rule-nya itu sudah diterima oleh banyak orang, apakah dia itu Nasrani atau bukan sebagai patokan tingkah laku moral. Kita bisa saja berbuat tidak selalu atas dasar patokan itu, tetapi sedikitnya kita mencoba menyelusuri relnya. Jika Isa benar merupakan perumus pertama dari patokan dan petunjuk yang sudah diterima sebagai hampir prinsip yang universal, bisa dipastikan dia layak didudukkan pada urutan pertama daftar ini.

Tapi, fakta menunjukkan yang namanya, Golden Rule itu sebenarnya sudah menjadi patokan yang jadi pegangan Yudaisme, jauh sebetum Isa lahir. Pendeta Hillel, pemuka Yahudi yang hidup satu abad sebelum Masehi secara terang-terangan mengatakan bahwa Golden Rule itu adalah patokan utama Yudaisme.

Hal ini bukan saja diketahui oleh dunia Barat melainkan juga Timur. Filosof Cina Kong Hu-Cu telah mengusulkan konsepsi ini pada tahun 500 sebelum Masehi. Juga kata-kata seperti itu terdapat di dalam Mahabharata, kumpulan puisi Hindu purba. Jadi, kenyataan menunjukkan bahwa filosofi yang terkandung di dalam The Golden Rule diterima oleh hampir tiap kelompok agama besar.

Apakah ini berarti Isa tak punya gagasan etik yang orisinil? Bukan begitu! Pandangan yang bermutu tinggi dan terang benderang di persembahkan dalam Matthew 5:43-44:

Kamu dengar apa yang dikatakan bahwa kamu harus mencintai tetanggamu dan membenci musuhmu. Tapi kukatakan padamu, kasihanilah mereka yang telah mengutukmu, berbuat baiklah kepada mereka yang membencimu, berdoalah buat mereka yang menaruh dendam kepadamu dan menganiayamu.

Dan kalimat sebelumnya berbunyi " ... janganlah melawan kejahatan. Jika mereka tampar pipi kananmu, berikan pipi kirimu juga."

Kini, pendapat ini bukan merupakan bagian dari Yudaisme di masa Isa dan bukan pula jadi bagian pegangan Agama-agama lain. Sudah dapat dipastikan merupakan yang pernah terdengar. Apabila ide ini dianut secara meluas, saya tidak ragu maupun bimbang sedikit pun menempatkan Yesus dalam urutan pertama dalam daftar.

Tapi, kenyataan menunjukkan anutan ide itu tidaklah meluas benar. Malahan, umumnya takkan bisa diterima. Sebagian besar pemeluk Nasrani rnenganggap perintah "Cintailah musuhmu" hanyalah bisa direalisir dalam dunia sempurna, tapi tidak bisa jalan selaku penuntun tingkah laku di dunia tempat kita semua hidup sekarang ini. Umumnya ajaran itu tidak dilaksanakan, dan pula tidak mengharapkan orang lain melakukannya. Kepada anak-anak pun kita tidak memberi ajaran begitu. Ajaran Isa yang paling nyata adalah tetap merupakan semacam ajaran yang bersifat kelompok dan secara mendasar tak liwat anjuran yang teruji lebih dulu

Sabtu, 23 Januari 2016

panduan istighosah khotaman zikir thoriqoh qodiriyah naqsyabandiyah

بسم الله الرحمن الرحيم
اِلَى حَضَرَةِ اَّلَنّبِّىِ اْلْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِعِيْنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذًرِّيَّاتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ الْكِرَامِ شَيْئٌ لِّلِه لَهُمُ الْفَاتِحَةِ
وَاِلَى حَضَرَةِ مَلَآئِكَةِ جِبْريْلَ وَمِكَا ئِيْلَ وَاِسْرَافِيْلَ وَعِزْرَئِيْلَ عَلَيْهِمْ الصَّلَاةٌ وَالسَّلَامُ الْفَاتِحَةِ
اِلَى حَضَرَةِ اَّلَنّبِّىِ اللهِ حِضْرِ اَبِى الْعَبَّاسِ بَلْيَا ابْنِ مَلْكَنِ الفاتحة
وَاِلَى اَرْوَاحَ آبَائِهِ وَاِخْوَانِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَالْكَرَّبِيِّيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَآلِ كُلٍّ وَاَصْحَابِ كُلٍّ وَاِلَى رُوْحِ اَبِيْنَا آدَمَ وَاُمِّنَا حَوَاءَ وَمَاتَنَاثَلَ بَيْبَهُمَا اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ شَيْئُ لله لهم الفاتحة
ثُمَّ اِلَى اَرْوَاحِ سَادَاتِنَا وَمَوَالِيْنَا وَآئِمَّتِنَا سَيِّدَنَا اَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَاِلَى اَرَوَاحِ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالْقَرَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ شَيْئُ لله لَهُمْ الفاتحة
اِلَى اَرْوَاحِ الْآئِمَّةِ الْمُجْتَهِدِيْنَ وَمُقَلِّدِيْهِمْ فِى الدِّيْنِ وَاِلَى اَرْوَاحِ الْعُلَمَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَالْقُرَّآءِ الْمُخْلِصِيْنَ وَآَئِمَّةِ الْحَدِيْثِ وَالْمُفًسِّرِيْنَ وَسَائِرِ سَادَاتِنَا الصُّوْفِيَةِ الْمُحَقِّقِيْنَ وَاِلَى اَرْوَاحِ كُلٍّ وَّلِيٍّ وَوَلِيَّةٍ مُّسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ وَمَغَارِبِهَا وَمِنْ يَمِيْنِهَا اِلَى شِمَالِهَا شَيْئٌ لله لًهُمْ الفاتحة
وَاِلَى اَرْوَاحِ جَمِيْعِ مَشَايِخِ الْقَادِرِيَّةِ وَالنَّقْشَبَنْدِيَّةِ وَجَمِيْعِ اَهْلِ الطُّرُقِ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا سُلْطَانِ الْآوْلِيَاءِ الْقُطُبِ الرَّبَانِى غَوْثِ اللهِ الصَّمَدَانِى سَيِّدِى الشَّيْخِ عَبْدِ الْقًادِرْ اَلْجَيْلَانِى وَسَيِّدِى الطَّائِفَةِ الصُّوْفِيَةِ وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَبِى الْقَاسِمِ جُنَيْدِى الْبَغْدَادِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ سِرِّ السَّقْطِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ مَعْرُوْفِ الْكَرْخِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ حَبِيْبِ الْعَجَمِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ حَسَنْ البَصْرِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ جَعْفَرُ الصَّادِقْ وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَبِي يَزِيْدْ اَلْبُسْطَامِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ يُوْسُفْ اَلْهَمَدَانِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ محمد بَهَاءُ الدِّيْنَ وَالنَّقْشَبَنْدِي وَاِلَى رُوْحِ حُجَّةُ الْإِسْلَامْ اِمَامْ غَزَالِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَبِى حَسَنْ اَلشَّذِلِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَحْمَدْ عَلِىْ بُوْنِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَحْمَدْ دَيْرَبِى الْكَبِيْرْ وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اِمَامْ قُرْطُوْبِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ مَرْزُوْقِى قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُمُ الْعَزِيْزِ نَفَعَنَا اللهُ بِعَلَوْمِهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ وَكَرَامَتِهِمْ الفاتحة
ثُمَّ اِلَى اَرْوَاحِ اُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَاَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ وَالْآخِذِيْنَ عَنْهُمْ خُصُوْصًا سَيِّدِى الشَّيْخْ محمد اَسْنَوِىْ وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَحْمَدْ خَطِيْبْ شَمْبَاسِ وَسَيِّدِى الشَّيْخِ عَبْدِ الْكَرِيْمِ تَنَارَا وَسَيِّدِى الشَّيْخِ محمد نَوَاوِي تَنَارَا وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَحْمَدْ سُحَارِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَحْمَدْ كَاظِمْ بِنْ الشَّيْخْ محمد اِسَنَوِى وَسَيِّدِى الشَّيْخِ محمد جفري وَخُصُوْصًا سُلْطَانِ مَوْلَانَا حَسَنُ الدِّيْنْ بَنْتَيْنْ بِنْ شَرِيْفْ هِدَيَةُ اللهْ وَسَيِّدِى الشَّيْخِ منصور جكادووين وَسَيِّدِى الشَّيْخِ خَلِيْلْ بَنْكَلَانْ وَسَيِّدِى الشَّيْخِ اَبُوْيَا دِمْيَاطِى جِيْدَاهُوْ بِنْ الشَيْخْ اَمِيْنْ وَاُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَحَضَرَةِ اِمَامِ الرَّبَّانِى قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُمُ الْعَزِيْزِ نَفَعَنَا اللهُ بِعَلَوْمِهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ وَكَرَامَتِهِمْ الفاتحة
وَخَصُوْصًا اِلَى حَضَرَةِ لِصَاحِبِ الْاِجَازَةِ صَلَوَاتْ بَحْرِيَةِ كُبْرَى لِلشَّيْخِ اَحْمَدْ جَوْهَرْ عُمَرْ بِنْ الشَيْخِ محمد اِسْحَاقَ عُمَرَ وَخُصُوْصًا اِلَى حَضَرَةِ لِصَاحِبِ الْاِجَازَةِ صَلَوَاتْ التَيْسِيْرِ لِلشَّيْخِ اَبُوْيَا دِمْيَاطِى بِنْ الشَيْخِ اَمِيْنْ وَخُصُوْصًا لِلشّيْخِ زَيْنَ الْصُفْيَانْ اِلَى مُنْتَهَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ نَفَعَنَا اللهُ بِعَلَوْمِهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ وَكَرَامَتِهِمْ الفاتحة
ثُمَّ اِلَى اَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَوَالِدِيْكمْ وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِكُمْ وَاَمْوَاتِنَا وَاَمْوَاتِكُمْ وًلِمَنْ اَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَوْصَانَا وَاسْتَوْصَانَا وَقَلَّدَنَا بِدُعَاءِ الْخَيْرِ شَيْئٌ للهِ لَهُمْ الفاتحة
ثُمَّ اِلَى اَرْوَاحِ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ فَى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضَ اِلَى مَغَارِبِهَا وَمِنْ يَمِيْنِهَا اِلَى شِمَالِهَا وَمِنْ قَافٍ اِلَى قَافٍ مِنْ لَدُنَّ آدَمَ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ شَيْئٌ لله لًهُمْ الفاتحة
نَوَيْتُ اَنْ اَقْرَأَ الْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ فى سورةِ يس- سورةِ الوَاقعةِ خصوصا (لِطَلِبِ رِضْوَانِ اللهِ-ولطلب اْلعِلْمِ وَكَثْرَتِهِ ولطلب الرزقِ وكثرته ولطلب الأْموالِ وكثرته وبَرْكَتِهِ)
بالنية السلامة والبراكة فى الدين والدنيا والاخرة ولقوة الايمان والاسلام وبالخصوص المقصود كثرة العلم والرزق والأموال وكثرة بركاتِهِنَّ آمين

   
     •              •       •                                                                •         •            •                                      •        •      •                                                                   •                           •                                •                         •                                      •                                 •                                   • •                                                                                              •                                •  •                  •                                      •   •                                                                              •                                                                                         •                                                       


   

                                               • •    •        •             •  •          •                                          •   •   •           •       •          •                         •                •       •    •       •                                      •                             •      •       •                                     •                                        •                                                  •        •   •             •              •          
دعاء سورة الواقعة
اَللهُمَّ صُنَّ وُجُوْهَنَا بِالْيَسَارِ, وَلاَتُوْهِنَا بِالْإِقْتَارِ, فَنَسْتَرْزِقُ طَالِبِى رِزْقِكَ, وَنَسْتَعْطِفُ شِرَارَخَلْقِكَ, وَنَسْتَغِلَ بِحَمْدٍ مَنْ اَعْطَانَا, وَنُبْتَلَى بِذَمٍ مَنْ مَنَعَنَا, وَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِ ذَالِكَ كُلِّهِ اَهْلُ الْعَطَاءِ وَالْمَنْعِ
اَللَّهُمَّ كَمَا صُنْتَ وُجُوْهَنَا عَنِ الْسُجُوْدِ اِلَّا لَكَ, فَصُنَّا عَنِ الْحَاجَةِ اِلَّا اِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ بِحَقِّ سُوْرَةِ الْوَاقِعَةِ وَاَسْرَارِهَا اَنْ يَسِّرَلِى رِزْقِى كَمَا يَسَّرْتَهُ لِكَثِيْرٍ مِنْ خَلْقِكَ يَااَللهُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِى رِزْقًا مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَارْزُقْنِى وَاًنْتَ خَيْرَ الرَّازِقِيْنَ اللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ رِزْقِى فِى الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَاَن رِزْقِى حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ رِزْقِى بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ وَاِنْ كَانَ رِزْقِى قَلِيْلًا فَكَثِّرْهُ وَاِنْ كَانَ رِزْقِى كَثِيْرًا فَبَارِكْهُ وَاِنْ كَانَ رِزْقِى مَعْدُوْدًا فَأَوْجِدْهُ وَاِنْ كَانَ رِزْقِى عَسِيْرًا فَيَسِّرْهُ لِى حَيْثُ مَاكَانَ بِفَضْلِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
بسم الله الرحمن الرحيم بِمَهْمَوُبٍ مَهْمَوُبٍ ذِى لُطْفٍ خَفِيٍّ بِصَعْصَعٍ صَعْصَعٍ ذِى النُّوْرِ وَالْبَهَاءِ بِسَهْسَوُبٍ سَهْسَوُبٍ ذِى العِّزِّى الشَّامِخِ ذِى الْعَظَمَةِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْقُدْرَةِ وَالسُّلْطًانِ اللهم اِنىِّ اَسْاَلُكَ بِاَسْمَائِكَ الْمَرْفُوْعَةِ الَّتِى اَعْطَيْتَهَا مَنْ شِئْتَ مِنْ اَوْلِيَائِكَ وَالْهَمْتَهَا مَنْ اَرَدْتَ مِنْ اَصْفِيَائِكَ وَخَصَصْتَ بِهَا مَنَ اَحْيَيْتَ مِنْ اَحْبَابِكَ اَنْ تُعْطِيَنِى رِزْقًا مِنْ عِنْدِكَ تُغْنِى بِهِ فَقْرِى وَتُقْطَعَ بِهِ عَلَائِقُ الشَّيْطَانِ مِنْ صَدْرِى اِنَّكَ اَنْتَ الْحَنَّانُ الْمَنَّانُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْبَاسِطُ الْجَوَّادُ الْكَافِيُ الْغَنِيُّ الْمَغْنِيُّ الْكَرِيْمُ الْمُعْطِيُ الَّلطِيْفُ الْبَرُّ الرَّحِيْمَ الْوَاسِعُ الشَّكُوْرُ الَّربُّ الْغَفُوْرُ ذُوالْفَضْلِ وَالنِّعَمِ وَالْجُوْدِ وَالْكَرَمِ اللهم اِنِّى اَسْاَلكَ بِحَقِّكَ وَبِحَقِّ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ اَنْ تُمَدِّنِى مِنْ جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ وَاِحْسَانِكَ وَلُطْفِكَ وَاَمْتِنَانِكَ يَاصَادِقَ الْوَعْدِ يَامُعْطِيًا بِلَاحَدٍّ لآاِلهَ اِلَّا اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. اللهم يَسِّرْلِى رِزْقًا حَلَالًا طَيِّبًا وَاَجِبْ دَعْوَتِى بِحَقِّ سُوْرِةِ الْوَاقِعَةِ وَبِحَقِّ اسْمِكَ الْأَعْظَمِ وَبِحَقِّ سَيِّدِنَا محمد صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ وَبِحَقِّ فَقَجٍ مَخْمَتٍ فَتَّاحٍ قَادِرٍ جَابِرٍ مُعْطِيَ خَيْرَ الرَّازِقِيْنَ مُغْنِيَ الْبَائِسِ الْفَقِبْرِ ثَوَابً لَايُؤَاخِذُ بِالْجَرَائِمِ. اللهُم يَسِّرْلِى رِزْقًا حَلَالًا مِنْ عِنْدِكَ وَعَجِّلْ لِى بِهِ يَاذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ يَاكَفِيُ يَاكَفِيْلُ اِرْحَمْنِى بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وِصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَاَتْبَاعِهِ وَاَنْصَارِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِيَّتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ الطَّاهِرِيْنَ اَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَّمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


صَلَوَاتُ التَّيْسِيْرِ
اَللَهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محمد صَلاَةً تُفْتَحُ لِىْ بِهَا بَابَ الرِّضَا وَالتَّيْسِيْرِ وَتَغْلَقُ بِهَا بَابَ الشَّرِّى وَالتَّعْسِيْرِ وَتَكُوْنُ لِى بِهَا وَلِىًّ وَنَصِيْرًا وَيَانِعْمَ الْمَوْلَى وَيَانِعْمَ النَّصِيْر وَعَطِفْ قُلُوْبَ الْعَالَمِيْنَ بِاَسْرِهِمْ عَلَيَّ وَالْبِسْنِى قَبُوْلًا بِسَلْمَهَاتِ.
صَلَوَاتْ بَحْرِيَةْ كُبْرَى
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَّى سَيِّدِنَا محمد صَلَاةً تَطْمَئِنُّ بِهَا قَلْبِى وَتَنْفَعُ بِهَا عُلُوْمِى وَتَقْضِى بِهَا حَوَائِجِى وَتَرْفَعُ بِهَا دَرَجَتِى وَتَهْدِى بِهَا قَوْمِى وَتُخْلِصَ بِهَا قَلْبِى وَتُلْهِمُنِى بِهَا عُلُوْمَ اللَّدُنِى وَتُكْرِمُنِى بِهَا بِالسَّعَادَةِ وَاْلكَرَامَةِ مَعَ ذُرِيَتِى وَتُكْثِرُ بِهَا اَمْوَالِى وَاَصْحَابِى وَاَتْبَاعِى وَتَلَامِذِى وَاَضْيَافِى وَتَرْزُقْنِى
اَللَّهُمَّ تَمَامَ نِعْمَتِكَ وَتَمَامَ رَحْمَتِكَ وَتَمَامَ رِضْوَاِنَك صَلِّ وِسَلِّمْ وِبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَأَمَتَ وَاَحْيَيْتَ اِلَى يَوْمِ تُخْشَرُ فِيْهِ الْخَلَائِقُ اَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن




اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ 10-100
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ -الخ 7-70
قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدُ –الخ 10-100
اَللّهُمَّ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ 10-100
اَللّهُمَّ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ 10-100
اَللّهُمَّ يَا رَفِيْعَ الدَّرَجَاتِ 10-100
اَللّهُمَّ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ 10-100
اَللّهُمَّ يَا مُحِلَ الْمُشْكِلَاتِ 10-100
اَللّهُمَّ يَا مُجِيْبَ الدَّعْوَاتِ 10-100
اَللّهُمَّ يَا شَافِيَ الْأَمْرَاضِ 10-100
اَللّهُمَّ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 10-100
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ 10-100
الفاتحة-الفاتحة (امام)
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ 10-100
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْل 70-450
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ 10-100
الفاتحة
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ 10-100
تَوَاضُعْ كَاسَجُمْلَهْ مَخْلُوْقْ هَمْبَ اَللهْ دَانْ مِنْتَ رِزْقِى مِنْتَ مَاتِ مُمْبَاوَا اِيْمَانْ اِسْلَامْ , دَانْ لَائِنْ- لَائِنْ عَلَى هَذِهِ النِّيَةِ. عَلَى قَوْلِ لآ اِلهَ اِلَّا الله محمد رَسُوْلُ اللهِ الفاتحة
لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ 50-500
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محمد نِ النَّبِيِ الْأُمِّيِّ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ 10-100
اَللّهُمّ اَنْتَ مَقْصُوْدِى وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِى اَعْطِنِى مَحَبَّتَكَ وَرِضَاكَ وَمَعْرِفَتَكَ وَاكْفِنِى بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَاَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ وَصَلّى الله عَلَى سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
يَا لَطِيْفُ - 16641 - اَللهُ لَطِيْفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيْزُ
اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّه _______لآاله الا الله



صَلَوَاتْ شَيْخِ عَبْدِ الْقَادِرْ اَلْجَيْلَانِى
صَلَاةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى طَهَ رَسُوْلِ اللهْ
Rahmat Allah dan salam Allah terlimpahkan kepada rasul Allah
صَلاَةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى يسٍ حَبِيْبِ اللهْ
Rahmat Allah dan salam Allah terlimpahkan kepada kekasih Allah
تَوَسَّلْ بِنَا فِى كُلِّ هَوْلٍ وَشِدَّةٍ اُغِيْثُكَ فِى الْآشِيَاءِ طُرًّا بِهِمَّتِى
Bertawasullah kepadaku dalam resah dan gelisah maka aku akan menolongmu dalam setiap masalah
اَنَا لِمُرِيْدِى حَافِظٌ مَايَخَافُهُ وَاَحْرُسُهُ مِنْ كُلِّ شَرٍّ وَّفِتْنَةِ
Aku pelindung muridku dari hal-hal yang menakutkan dan akan aku jaga muridku dari keburukan dan fitnah
مُرِيْدِى اِذَا مَاكَانَ شَرْقًا وَمَغْرِبًا اُغِيْثُهُ اِذَا مَا صَارَ فِى اَيِّ بَلْدَةِ
Muridku dimanapun adanya di barat maupun di timur aku akan setia membinanya walaupun dimana negaranya
فَيَا مُنْشِدًا لِّلنَّظْمِ قُلْهُ وَلَا تَخَفْ فَاِنَّكَ مَحْرُوْسٌ بِعَيْنِ الْعِنَايَةِ
Wahai pelantun syair ini kabarkan pada muridku jangan merasa takut karna kau dalam bimbinganku
فَكُنْ قَادِرِيَّ الْوَقْتِ لِّلهِ مُخْلِصَا تَعِيْشُ سَاعِدًا صَادِقًا لِّلْمَحَبَّةِ
Jadilah golongan qodiriyah karena Allah ikhlaskan hati hidupmu akan bahagia penuh cinta yang sejati
وَجَدِّى رَسُوْلُ اللهْ اَعْنِىْ محمدا اَنَا عَبْدٌ قَادِرْ دَامَ عِزِّى وَرِفْعَتِى
Dan kakek ku rasul Allah nabi Muhammad namanya aku adalah Abdul Qodir mulya terhormat selamanya
صَلَاةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى طَهَ رَسثوْلِ اللهْ
Rahmat allah dan salam allah terlimpahkan kepada Rasulullah
صَلَاةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى يسٍ حَبِيْبِ اللهْ
Rahmat Allah dan salam Allah terlimpahkan kepada kekasih Allah



مَرْحَبَا اَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا
للجماعة مجلس التعليم والذكرالخلوة فى الطريقة المعتبرة القادرية والنقشبندية
سوكاجي-جيفوت
مَرْحَبَا اَللهْ يَامَرْحَبَا مَرْحَبَا يَانُوْرَ الْعَيْنِ مَرْحَبَا مَرْحَبَا اَللهْ يَامَرْحَبَا
مَرْحَبَا جَدَّ الْحُسَيْنِ مَرْحَبَا مَرْحَبَا اَللهْ يَامَرْحَبَا
اَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا مَرْحَبَا فَاحْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرِ
مِثْلَ حُسْنِكْ مَا رَاَيْنَا مَرْحَبَا قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُوْرِ
اَنْتَ شَمْسٌ اَنْتَ بَدْرٌ مَرْحَبَا اَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرِ
اَنْتَ اِكْسِيْرٌ وَغَالِّي مَرْحَبَا اَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ
يَاحَبِيْبِىْ يَامحمد مَرْحَبَا يَاعَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ مَرْحَبَا
يَامُؤَيَّدْ يَامُمَجَّدْ مَرْحَبَا يَا اِمَامَ الْقِبْلَتَيْنِ مَرْحَبَا
مَنْ رَأَى وَجْهَكَ يَسْعَدْ مَرْحَبَا يَاكَرِيْمَ الْوَالِدَيْنِ مَرْحَبَا
حَوْضُكَ الصَّافِ الْمُبَرَّدْ مَرْحَبَا وِرْدُنَا يَوْمَ النُّشُوْرِ مَرْحَبَا
مَارَأَيْنَا الْعِيْسَ حَنَّتْ مَرْحَبَا بِالسُّرَى اِلَّا اِلَيْكَ مَرْحَبَا
وَالْغَمَامَهْ قَدْ اَظَلَّتْ مَرْحَبَا وَالْمَلَا صَلُّوْا عَلَيْكَ مَرْحَبَا
وَاَتَاكَ الْعُوْدُ يَبْكِىْ مَرْحَبَا وَتَذَلَّلْ بَيْنَ يَدَيْكَ مَرْحَبَا
وَاسْتَجَارَتْ يَا حَبِيْبِيْ مَرْحَبَا عِنْدَكَ الطَّبْيُ النُّفُوْرُ مَرْحَبَا
عِنْدَ مَا شَدُّوا الْمَحَامِلْ مَرْحَبَا يَاهُ وَتَنَادَوْ لِلرَّحِيْلِ مَرْحَبَا يَاهُ
جِئْتُهُمْ وَالدَّمْعُ سَائِلْ قُلْتُ قِفْلِىْ يَادَلِيْلُ
سَتُحَمِّل لِّىْ رَسَائِلْ مَرْحَبَا يَاهُ اَيُّهَا الشَّوْقُ الْجَزِيْلُ مَرْحَبَا يَاهُ
نَحْوَهَا تِيْكَ الْمَنَازِلْ بِالْعَشِيِّ وَالْبُكُوْرِ
كُلُّ مَنْ فِي كُلُّ مَنْ فِي اُدْخُلُوْهَا اُدْخُلُوْهَا بِسَلَامٍ آمِنِيْنَ بِسَلَامٍ آمِنِيْنَ كُلُّ مَنْ فِي الْكَوْنِ هَا مُوَافِيْكُ يَا بَاهِى الْجَبِيْنِ
وَلَهُمْ فِيْكْ وَلَهُمْ فِيْكْ اُدْخُلُوْهَا اُدْخُلُوْهَا بِسَلاَمٍ آمِنِيْنَ بِسَلَامٍ آمِنِيْنَ وَلَهُمْ فِيْكَ غَرَامٌ وَاسْتِيَاقٌ وَحَنِيْنُ
فِي مَعَانِيْكْ فِي مَعَانِيْكْ اُدْخُلُوْهَا اُدْخُلُوْهَا بِسَلَامٍ آمِنِيْنَ بِسَلَامٍ آمِنِيْنَ فِي مَعَانِيْكَ الْأَنَامُ قَدْ تَبَدَّتْ حَائِرِيْنَ
اَنْتَ لِلرُّسُلْ اَنْتَ لِلرُّسُلْ اُدْخُلُوْهَا اُدْخُلُوْهَا بِسَلَامٍ آمِنِيْنَ بِسَلَامٍ آمِنِيْنَ اَنْتَ لِلرُّسُلُ الْخِتَامُ اَنْتَ لِلْمَوْلَى شَكُوْرُ
عَبْدُكَ الْمِسْكِيْنُ يَرْجُوْا فَضْلَكَ الْجَمُّ الْغَفِيْرُ يَااَللهْ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى ذُنُوْبَى وَادْخُلِ الْجَنةِ اِلَهِى يَااَللهْ
فِيْكَ قَدْ اَحْسَنْتُ ظَنِّى يَابَشِيْرُ يَانَذِيْرُ يَااَللهْ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى ذُنُوْبَى وَادْخُلِ الْجَنةِ اِلَهِى يَااَللهْ
فَأَغِثْنِى وَاَجِرْنِى يَامُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ يَااَللهْ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى ذُنُوْبَى وَادْخُلِ الْجَنةِ اِلَهِى يَااَللهْ
يَاغِيَاثِ يَامَلَاذِى فِى مُهِمَّاتِ الْاُمُوْرِي يَااَللهْ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى ذُنُوْبَى وَادْخُلِ الْجَنةِ اِلَهِى يَااَللهْ
سَعْدَ عَبْدُ قَدْ تَمَلَّى وَانْجَلَى عَنْهُ الْحَزِيْنُ فِيْكَ يَابَدْرٌ تَجَلَّى فِيْكَ يَابَدْرٌ تَجَلَّى فَلَكَ الْوَصْفُ الْحَسِيْنُ
لَيْسَ أَزْكَى مِنْكَ اَصْلًا قَطُّ يَاجَدَّ الْحَسِيْنِ فَعَلَيْكَ اللهُ صَلَّى فَعَلَيْكَ اللهُ صَلَّى دَائِمًا طُوْلَ الدُّهُوْرِ
اَللهْ اَللهْ يَاوَلِيَّا الْحَسَنَاتِ يَارَفِيْعَ الدَّرَجَاتِ يَااَللهْ اَللهْ كَفِّرْ عَنِّى ذُنُوْبَى وَاغْفِرْ عَنِّى السَّيِّئَاتِ
يَااَللهْ اَللهْ
اَنْتَ غَفَّارُ الْخَطَايَا وَالذُّنُوْبِ الْمُوبِقَاتِ يَااَللهْ اَللهْ اَنْتَ سَتَّارُ الْمَسَاوِى وَمُقِيْلُ الْعَثَارَاتِ يَااَللهْ اَللهْ
عَالِمُ السِّرِّ وَاَخْفَى مُسْتَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَااَللهْ رَبِّ اِرْحَمْنَا جَمِيْعًا يَااَللهْ اَيْ بِجَمِيْعِ الصَّالِحَاتِ
وَصَلَاةُ اللهْ عَلَى اَحْمَدْ عَدَ التَّحْرِيْرْ السُّطُوْرِ يَااَلله اَحْمَدُ الْهَادِ محمد يَااَللهْ صَاحِبُ الْوَجْهِ الْمُنِيْرِ

يَانَبِي سَلَامْ عَلَيْكَ يَارَسُوْلْ سَلَامْ عَلَيْكَ
يَاحَبِيْبْ سَلَامْ عَلَيْكَ صَلَوَاتُ اللهْ عَلَيْكَ

للى مفلح زين الصفيان

DALIL FADHILAH QS. AL-WAQI’AH
عَنْ اِبْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ قَالَ مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةً اَبَدًا. (رواه ابن عساكر وابويعلى)
Hadis riwayat dari ibnu Mas'ud Ra, aku mendengar Rasulullah bersabda "Barang siapa yang membeca Surat al-waqiah Pada setiap Malam tidak akan menderita kefakiran selamanya". (HR. Ibnu'asakir dan abu ya'la)
Pada sebagian Riwayat Lain, jabir bin samurah berkata bahwasanya Rasulullah Saw bersholat serupa dengan solatmu sekarang ini. Hanya nabi saw biasa meringankan solat dan membaca surat al-waqiah dan yg serupa ith dalam solat fajar. (HR. Ahmad)
Menurut sebagian Ulama bahwasanya Siapa saja yg membaca Surat Al-waqiah 41 kali dalam Satu Waktu dan TeMpat maka dikabulkan Apa yg Diinginkannya pada waktu tersebut Terutama Dalam masalah Rizqi.
Begitu pula Surat Alwaqiah dibaca 14 kali setelah solat asar Maka Mujarrob dalam hal Rizqi.
Sebagian ulama berpendapat barang siapa saja yang membaca surat waqiah setiap waktu Isya dan Subuh tiga kali disertai dengan doanya Maka Allah akan Melimpahkan Kekayaan Padanya dan Dianugrahi Rizqi yang tak di duga-duga.
FADHILAH KEUTAMAAN SHOLAWAT
Shalawat merupakan bentuk tanda kecintaan kita kepada nabi muhammad selaku rasulullah, perintah penegasan bersholawat kepada rasulullah ini termaktub dalam al-quran. Dimana allah dan para malaikatnya bersholawat kepada nabi Muhammad. sebagai umatnya sudah selayaknya dan sepantasnya bersholawat kepadanya setiap hari.
Sebagaimana termaktub dalam kitab al-dur al-manzhud fi al-shalat wa al-salam ‘ala shahibil al-maqom al-mahmud karya imam ibnu hajar al-haitami menyebutkan beberapa fadhilah (keutamaan) bershalawat berlandaskan dari hadis-hadis nabi Muhammad saw, yaitu diantara lain:
1) Allah, mailakat dan rasulullah saw akan bershalawat kepadanya
2) Meninggikan derajat, menghapus kejahatan dan bersholawat itu sebanding dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya
3) Menjadi syafa’at dan kesaksian nabi Muhammad
4) Menjadi sebab terlepas dari penyakit nifaq dan terlepas juga dari api neraka serta mengangkatnya kepada derajat para syuhada
5) Menjadi kifarat baginya dan zakat bagi amalnya
6) Menjadi sebab berdekatannya dengan bahu rasulullah SAW di pintu surge
7) Menjadi istigfar bagi yang mengucapkannya dan menggembirakan matanya
8) Sekali bershalawat mendapat pahala kirat seperti gunung uhud
9) Menjadi sebab banyak mendapatkan pahala
10) Menjadi sebab mencukupi kepentingan di dunia dan di akhirat
11) Menjadi penghapus kesalahan sperti air menghapus api
12) Satu kali bershalawat menhapus dosa sepeluh tahun dan mencegah orang-orang yang menghafalnya ditulis dosa selama tiga hari serta terpelihara dari masuk neraka
13) Menjadi sebab terlepas dari huru-hara hari kiamat
14) Menjadi sebab ridha allah ta’ala
15) Menjadi sebab mendatangkan rahmat
16) Menjadi sebab aman dari kemurkaan allah SWT
17) Menjadi sebab masuk dalam naungan ‘araisy
18) Menjadi sebab berat timbangan dan lepas dari api neraka
19) Menjadi sebab bagi aman dari haus pada hari kiamat
20) Shalawat kepada nabi SAW dapat memegang tangan orang-orang yang tergelincir pada sirotol mustaqiem sehingga dai dapat melaluinya
21) Barang siapa yang bershalawat kepada nabi muhammad SAW dalam satu hari sebanyak seribu kali, maka tidak dia mati sehingga melihat tepat kediaman dalam surga
22) Menjadi sabab banyak istri di surga
23) Shalawat itu sebanding dengan dua puluh peperangan jihad fi sabilillah
24) Shalawat itu sebanding dengan sodakoh
25) Seratus kali bershalawat pada satu hari sama dengan sejuta kebaikan dan sebanding dengan seratus sadaqoh maqbul serta menghapus sejuta kejahatan
26) Shalawat seratus kali pada setiap hari menjadi sebab terpenuhi seratus kebutuhan, tujuh pilih untuk akhirat dan tiga puluhnya untuk dunia
27) Merupakan salah satu amal yang paling dicintai allah swt
28) Merupakan majlis dan cahaya di embatan sirithol mustaqim kelak di akhirat
29) Dengan bersholawat juga dapat menafikan kefakiran
30) Orang yang paling banyak bersholawat merupakan yang paling dekat dengan rasulullah saw
31) Berkah dan fadhilahnya shalawat bukan hanya untuk dirinya saja melainkan anak keturunan serta istrinya juga mendapatkannya
32) Orang yang bershalawat kepada rasulullah sebanyak 50 kali dalam sehari, maka nabi Muhammad akan berjabat tangan dengannya dihari kiamat
33) Shalawat dapat mensucikan dan menenangankan hati.

silsilah keturunan lili muflih zain al sufyan























Kamis, 21 Januari 2016

contoh penelitian buku KERJA DAN KETANAGAKERJAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

KERJA DAN KETANAGAKERJAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN
Stadi Tafsir Maudhui
Pendahuluan
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sumber utama dan fundamental bagi agama Islam, ia di samping berfungsi sebagai petunjuk (hudan) antara lain dalam persoalan-persoalan akidah, Syari'ah, moral dan lain-lain —juga berfungsi sebagai pembeda (furqān). Sadar bahwa al-Qur’an menempati posisi sentral dalam studi keislaman, maka lahirlah niatan di kalangan pemikir Islam untuk mencoba memahami isi kandungan al-Qur’an yang dikenal dengan aktivitas penafsiran (al-tafsir). Dalam kaitanya dengan penafsiran al-Qur'an, manusia memiliki kemampuan membuka cakrawala atau perspektif, terutama dalam memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang mengandung zanni al-dilalah (unclear statesment).
Al-quran merupakan kitab yang bersifat universal, kaian ynag terdappat di dalamnyya sangat menyeluruh kedalam berbagai aspek. Pembahasan al-quran sangat luas, sehinngga al-quran dijadikan kitab pegangan yang seharusnya oleh umat manusia dimuka bumi, tidak hanya muslim-mukmin saja yang menjadi objek penerapan aspek isi kandungan al-quran. Sebagai mana la-quran menjelaskan sendiri bahwa al-quran menjadi petunjuk untuk seluruh umat manusia (rohamatan lil alamin) yang menjadi prinsip manusia bertindak. Berbeda dengan kitab sebelumnya, injil-taurat dan zabur yang hanya memaparkan doktrin keagamaan saja. Al-quran melebihi dari kitab sebelumnya, bahkan al-quran sebagai kitab penyempurna kitab sebelumnya. Hal ini jelas diteria oleh akal kita. Dalam kajian al-quran semua aspek dibahas baik terkait masalah ubudiah dan berhubungan dengan manusia serta kkeberlangsungan kehidupan manusia, al-quran juga membahas terkait komunikasi serta pergaulan dengan sesama.
Al-quran juga merupakan kitab yang memicarakan hubungan antar sesame umat bahkan bangsa. Al-quran membicarakan terkait social, politik serta perekonomian. Biasanya al-quran menyebutnya ialah hubungan antar manusia. Al-quran bukan hanya mengatur kehidupan beragama melainan al-quran membicarakan seklumit kehidupan manusia, mengatur keberlangsungan manusia.
Didalam buku yang berjudul KERJA DAN KETANAGAKERJAAN yang menyebutkan bahwa manusia terdiri dari tiga unsur, pertama hati, kedua anggota badan dan ketiga mulut. Unsur hati merupakan bagian tentang pembiicaran mengenai syariah atau ibadah atau bahasa ilmiahnya ialah hubungan antar makhluk dengan sang kholiknya. Bagian unsur selain hati ini membicarakan terkait hubungan makhluk dengan sesamanya yang mengatur segala aspek kehidupan. Hal ini sangat sesuai dengan fitranya manusia sebagai makhluk social yang mempunyai keterkaitan dengan sesamanya.
Al-quran sangat peduli akan keberlangsungan kehidupan manusia, sehingga ayat-ayat yang terdapat dalam al-qurann ini sangat luas pembahasannya, diantaranya ialah pembahasan tentang pereknomian. Perekonomian merupakan aktifitas manusia sebagai makhluk social dan mahkluk yang butuh akan kehidupan yang tentran serta kehidupan yang damai. Baik dengan kondisi aamya maupun kondisi sosialnya. Manusia merupakan manusia yang tak bias lepas dari behubungan antar sesame untuk keberlangsungan hidupnya. Begitu hanya al-quran mengatur keberlangsungannya. Aktiftas ekonomi merupan tuntunan al-quan agar manisia menjadi makhluk yang senantiassa beradaptasi dengan sesame.
Perekonmian dalam islam diatur oleh al-quran secara pasti, sebagaimana manusia sebgai makhluk yang selalu terpaku akan kebuthannya. Berhubungan dengan sesame dalam al-quran dijelaskan dengan melihat beberapa unsur aspek kehidupan. Di dalam buku yang penulis teliti ternyata al-quran memberikan pemaparan tetang perekonomian. Sehingga manusia harus berupaya semaksimal mungkin berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sebagaimana yang termuat dalam buku yang diteliti bahwasanya manusia sebagaimana yang diisyaratkan dalam surat al-‘ashr bahwasanya hati manusia difungsikan utuk menyakini atau melandasi iman, sedangkan anggotan badannya difungsikan untuk bekerja dan beramal. Hal ini menunjukan bahwa manusia dalam sehari semalam baik hati maupun badan tidak tersia-siakan atau berleha-leha. Manusia harus memang harus bekerja. Kerja dan masalah ketanagakerjaan memang penting merupakan problem penting untuk dibahas baik untuk laki-laki maupun perempun karena pada dasarnya kerja merupakan jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai mana l-quran menyatakan bahwa dengan bekerja dan adana ketanagakerjaan tidak meniadakan adanya tuhan dan keimanan maka segala kebutuhan akan tercukupi.
Dalam buku ini ternyata mempunyai harapan agar kinerja bekerja mempunyai etika yang dilandaskan pada nilai-nilai ibadah dan social. Sehingga untuk mencapai keberhasilan ataupun imbalan dari kerjanya, maka nilai-nilai yang di anjurkan al-quran diaplikasikan dalam kerjanya. Diantara nilai kerja yang dilandaskan al-quran dalam bekerja ialah rajin bekerja, disiplin, tepat waktu, bekerja dengan sesuai petunjuk peraturan dan peraturan yang berlaku, tidak cursng dan tidak main-main tap bertanggung jawab. Dengan mengaplikasikan nilai-nilai tersebut maka kinerja bekerja bermakna.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didekripsikan pada buku tersebut ialah tentang ayat-ayat al-quran yang menjlaskan tentang kerja dan ketanagakerjaan. Bagaimana caranya mengaplikasikan nilai-nilai ketanaga kerjaan dalam al-quran sebagai tuntunan hidup sebagai manusia sosial. Cara Membangun nilai-nilai islami dalam kerja. Cara membangun etos kerja serta prilaku yang mendorong manusia untuk meraih sukses dunia dan akhirat.
Kerangka Teori
Diantara ayat-ayat al-quran yang memaparkan tentang kerja dan ketanagakerjaan diantaranya ialah:
         •    •      
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. An-nahl:97

                    •     
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. An-Nisa:29

 •      •   •  
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Al-a’raf:10
Surat an-najm 39-42

       •          •    
39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).
41. kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna,
42. dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu),

       •    •   •     
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al-hasyr:18

           
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya. Al-isra:84

Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan buku tersebut ialah penggabungan dua metode yaitu kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan ialah sumber data primer yaitu al-quran dan hadist dan sumber data skunder yang dijadikan referensinya ialah buku-buku yang terkait pembahasan disetiap judulnya. Sedangkan pendekatan yang digunakannya ialah pendekatan kewahyuan serta social kehidupan.





dalil fadhilah surat al-waqiah

Dalil Fadhilah al Waqiah
عن ابن مسعود رضى الله عنه سمعت رسول اللّٰه قال من قرأ سورة الواقعة كل ليلة لم تصبه فاقة ابدا. (رواه ابن عساكر وابويعلى)
Hadis riwayat dari ibnu Mas'ud Ra, aku mendengar Rasulullah bersabda "Barang siapa yang membeca Surat al-waqiah Pada setiap Malam tidak akan menderita kefakiran selamanya". (HR. Ibnu'asakir dan abu ya'la)


Pada sebagian Riwayat Lain, jabir bin samurah berkata bahwasanya Rasulullah Saw bersholat serupa dengan solatmu sekarang ini. Hanya nabi saw biasa meringankan solat dan membaca surat al-waqiah dan yg serupa ith dalam solat fajar. (HR. Ahmad)


Menurut sebagian Ulama bahwasanya Siapa saja yg membaca Surat Al-waqiah 41 kali dalam Satu Waktu dan TeMpat maka dikabulkan Apa yg Diinginkannya pada waktu tersebut Terutama Dalam masalah Rizqi.
Begitu pula Surat Alwaqiah dibaca 14 kali setelah solat asar Maka Mujarrob dalam hal Rizqi.
sebagian ulama berpendapat barang siapa saja yg membaca surat waqiah setiap waktu Isya dan Subuh 3 kali disertai dengan doanya Maka Allah akan Melimpahkan Kekayaan Padanya dan Dianugrahi Rizqi yg tak di duga-duga

Rabu, 20 Januari 2016

sholawat abdul Qodir

صَلَوَاتْ شَيْخِ عَبْدِ الْقَادِرْ اَلْجَيْلَانِى
صَلَاةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى طَهَ رَسُوْلِ اللهْ
Rahmat Allah dan salam Allah terlimpahkan kepada rasul Allah
صَلاَةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى يسٍ حَبِيْبِ اللهْ
Rahmat Allah dan salam Allah terlimpahkan kepada kekasih Allah
تَوَسَّلْ بِنَا فِى كُلِّ هَوْلٍ وَشِدَّةٍ اُغِيْثُكَ فِى الْآشِيَاءِ طُرًّا بِهِمَّتِى
Bertawasullah kepadaku dalam resah dan gelisah maka aku akan menolongmu dalam setiap masalah
اَنَا لِمُرِيْدِى حَافِظٌ مَايَخَافُهُ وَاَحْرُسُهُ مِنْ كُلِّ شَرٍّ وَّفِتْنَةِ
Aku pelindung muridku dari hal-hal yang menakutkan dan akan aku jaga muridku dari keburukan dan fitnah
مُرِيْدِى اِذَا مَاكَانَ شَرْقًا وَمَغْرِبًا اُغِيْثُهُ اِذَا مَا صَارَ فِى اَيِّ بَلْدَةِ
Muridku dimanapun adanya di barat maupun di timur aku akan setia membinanya walaupun dimana negaranya
فَيَا مُنْشِدًا لِّلنَّظْمِ قُلْهُ وَلَا تَخَفْ فَاِنَّكَ مَحْرُوْسٌ بِعَيْنِ الْعِنَايَةِ
Wahai pelantun syair ini kabarkan pada muridku jangan merasa takut karna kau dalam bimbinganku
فَكُنْ قَادِرِيَّ الْوَقْتِ لِّلهِ مُخْلِصَا تَعِيْشُ سَاعِدًا صَادِقًا لِّلْمَحَبَّةِ
Jadilah golongan qodiriyah karena Allah ikhlaskan hati hidupmu akan bahagia penuh cinta yang sejati
وَجَدِّى رَسُوْلُ اللهْ اَعْنِىْ محمدا اَنَا عَبْدٌ قَادِرْ دَامَ عِزِّى وَرِفْعَتِى
Dan kakek ku rasul Allah nabi Muhammad namanya aku adalah Abdul Qodir mulya terhormat selamanya
صَلَاةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى طَهَ رَسثوْلِ اللهْ
Rahmat allah dan salam allah terlimpahkan kepada Rasulullah
صَلَاةُ اللهْ سَلَامُ اللهْ عَلَى يسٍ حَبِيْبِ اللهْ
Rahmat Allah dan salam Allah terlimpahkan kepada kekasih Allah

Selasa, 19 Januari 2016

makalah Konsep Musyawarah Dalam QS. Ali Imran 159 Sebagai Konsep Pemerintahan

Konsep Musyawarah Dalam QS. Ali Imran 159 Sebagai Konsep Pemerintahan
Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah sumber utama dan fundamental bagi agama Islam, ia di samping berfungsi sebagai petunjuk (hudan) antara lain dalam persoalan-persoalan akidah, Syari'ah, moral dan lain-lain —juga berfungsi sebagai pembeda (furqān). Sadar bahwa al-Qur’an menempati posisi sentral dalam studi keislaman, maka lahirlah niatan di kalangan pemikir Islam untuk mencoba memahami isi kandungan al-Qur’an yang dikenal dengan aktivitas penafsiran (al-tafsir). Dalam kaitanya dengan penafsiran al-Qur'an, manusia memiliki kemampuan membuka cakrawala atau perspektif, terutama dalam memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang mengandung zanni al-dilalah (unclear statesment). Dari sini tidak dapat disangsikan terdapat penafsiran yang beragam terkait dengan masalah politik antara lain: pertama, yang menyatakan bahwa al-Qur'an memuat ayat-ayat yang menjadi landasan etik moral dalam membangun sistem sosial politik. Kedua, al-Qur'an sebagai sumber paling otoritatif bagi ajaran Islam, sepanjang terkait dengan masalah politik tidak menyediakan prinsip-prinsip yang jelas, demikian pula dengan as-sunnah. Ketiga, terdapat penafsiran yang menyatakan al-Qur'an mengandung aturan berbagai dimensi kehidupan umat manusia di dalamnya termasuk mengatur sistem pemerintahan dan pembentukan negara Islam.
Kitab suci Al- Qur’an sebagai hudan, seharusnya bisa diaplikasikan dalam realitas kehidupan ini. dan salah satu dari petunjuk Al- Qur’an itu adalah musyawarah. Dalam kehidupan bersama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat ataupun bangsa, musyawarah sangat diperlukan. Musyawarah memiliki posisi mendalam dalam kehidupan masyarakat Islam. Bukan hanya sekedar sistem politik pemerintahan, tetapi juga merupakan karakter dasar seluruh masyarakat.
Dalam Islam, musyawarah telah menjadi wacana yang sangat menarik. Karena musyawarah secara tekstual merupakan fakta wahyu yang tersurat dan bisa menjadi ajaran normatif dalam kehidupan, yang dalam setiap perkembangan umat manusia, musyawarah senantiass menjadi bagian yang tak terpisahkan ditengah perkembangan kehidupan umat manusia.
penafsiran tentang musyawarah agaknya menngalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian pula pengertian dan persepsi tentang istilah musyawarah yang padat makna mengalami evolusi. Seperti yang dijelaskan hamka bahwa evolusi itu terjadi sesuai dengan perkembangan pemikiran, ruang dan waktu. Dewasa ini, pengertian musyawarah dikaitkan dengan beberapa teori politik modern, seperti sistem republik, demokrasi, parlemen, sistem perwakilan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pemerintahan. Keterkaitan musyawarah dengan aspek- aspek lain merupakan suatu indikasi bahwa ayat- ayat tentang musyawarah sangat menarik.
Berdasarkan problemtika diatas penulis mencoba mengkaji lebih ringkas terkait makna musyawarah dalam al-quran melalui beberapa penafsiran untuk mengetahui makna yang dimaksud pada qs. Ali Imran tersebut, sebagai relasi konsep demokrasi yang ditawarkan oleh para pakar barat. Maka dengan melihat kontek lebih luas dengan mengkaitkan system musyawarah sebagai system demokrasi yang menjadi trend konsep pemerintahan dizaman kini, sehingga dengan demikian masalah yang akan kami bahasa ialah: pengertian musyawarah, konsep musyawarah dalam Al- Qur’an, dan pengaplikasi musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
















Ayat Tentang Musyawarah

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ( أل عمران 159)
Makna mufrodat: Musyawarah
Istilah “musyawarah” berasal dari kata musyawarah. Ia adalah bentuk masdar dari katasyâwara – yusyâwiru yakni dengan akar kata syin, waw,dan ra’ dalam pola fa’ala. Struktur akar kata tersebut bermakna pokok “ Menampakkan dan menawarkan sesuatu” dan “mengambil sesuatu “ dari kata terakhir ini berasal ungkapan syâwartu fulânan fi amrî: “ aku mengambil pendapat si Fulan mengenai urusanku”.
Quraish syihab menyebutkan dalam tafsirnya, akar kata musyawarah terambil dari kata (شور ) syawara yang pada mulanya bermakna “mengeluarkan madu dari sarang lebah”. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil / di keluarkan dari yang lain ( termasuk pendapat). Orang yang bermusyawarah bagaikan orang yang minum madu.
Dari makna dasarnya ini diketahui bahwa lingkaran musyawarah yang terdiri dari peserta dan pendapat yang akan disampaikan adalah lingkaran yang bernuansa kebaikan. Peserta musyawarah adalah bagaikan lebah yang bekerja sangat disiplin, solid dalam bekerja sama dan hanya makan dari hal- hal yang baik saja ( disimbolkan dengan kembang), serta tidak melakukan gangguan apalagi merusak dimanapun ia hinggap dengan catatan ia tidak diganggu. Bahkan sengatannya pun bisa menjadi obat. Sedangkan isi atau pendapat musyawarah itu bagaikan madu yang dihasilkan oleh lebah. Madu bukan hanya manis tapi juga menjadi obat dan karenanya menjadi sumber kesehatan dan kekuatan. Itulah hakekat dan semangat sebenarnya dari musyawarah. Karenanya kata tersebut tidak digunakan kecuali untuk hal- hal yang baik- baik saja.
Dalam Al- Qur’an terdapat empat kata yang berasal dari kata kerja syâwara, yakni asyâra “ memberi isyarat”, tasyâwur ( berembuk saling menukar pendapat), syâwir ” mintalah pendapat”, dan syara “ dirembukkan”. Dua kata terakhir ini relevan dengan kehidupan politik atau kepimimpinan.

Asbabun Nuzul
Perintah bermusyawarah pada ayat diatas turun setelah peristiwa menyedihkan pada perang Uhud, ketika itu menjelang pertempuran, Nabi mengumpulkan sahabat- sahabatnya untuk memusyawarahkan bagaimana sikap menghadapi musuh yang sedang dalam perjalanan dari makkah ke madinah. Nabi cenderung untuk bertahan dikota Madinah, dan tidak keluar menghadapi musuh yang datang dari makkah. Sahabat- sahabat beliau terutama kaum muda yang penuh semangat mendesak agar kaum muslim dibawah pimpinan Nabi Saw atau keluar menghadapi musuh. Pendapat mereka itu mendapat dukungan mayoritas, sehingga Nabi menyetujuinya. Tetapi, peperangan berakhir dengan gugurnya para sahabat yang jumlahnya tidak kurang dari tujuh puluh orang.
Konteks turunnya ayat ini, serta kondisi psikologis yang dialami Nabi dan sahabat beliau amat perlu digaris bawahi untuk melihat bagaimana pandangan Al- Qur’an tentang musyawarah.
Ayat ini seakan – akan berpesan kepada Nabi, bahwa musyawarah harus tetap dipertahankan dan dilanjutkan. Walaupun terbukti pendapat yang mereka putuskan keliru. Kesalahan mayoritas lebih dapat ditoleransi dan menjadi tanggung jawab bersama, dibandingkan dengan kesalahan seseorang meskipun diakui kejituan pendapatnya sekalipun.
Sebagaimana sebuah ungkapan:
ما خاب من استشار ولا ندم من استخار, “ takkan kecewa orang yang memohon petunjuk ( kepada Allah) tentang pilihan yang terbaik, dan tidak juga akan menyesal seseorang yang melakukan musyawarah.


Munasabah Ayat
QS Ali Imran (3): 159 merupakan satu diantara tiga ayat yang secara langsung menjelaskan tentang musyawarah. Dua ayat lainnya adalah al baqarah (2:233) وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (233)
Yang menjelaskan tentang bagaimana seharusnya hubungan suami istri saat mengambil keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan anak- anak seperti dalam ayat ini tentang menyapih anak. Ayat ini sebagai petunjuk agar persoalan – persoalan rumah tangga dimusyawarahkan bersama antara suami dan istri. Ayat yang senada dengan ayat tersebut adalah وَأْتَمِرُوا بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوفٍ وَإِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهُ أُخْرَى (attalaq , 65:6) meskipun dengan menggunakan وَأْتَمِرُوا ( berembuklah) yang kemudian melahirkan kata ‘ muktamar’
Ayat lainnya adalah dalam surat As-syura (42:38) وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ yang menjelaskan tentang keadaan kaum muslim madinah yang bersedia membela nabi sebagai hasil kesepakatan dari proses musyawarah. Dalam ayat itu, musyawarah sudah menjadi tradisi masyarakat dalam memutuskan segala perkara mereka.
QS Ali Imran (3): 159 memiliki munasabah yang erat dengan QS. Al- Syuraa(42): 38 yang sama- sama berbicara tentang musyawarah. Sikap dan perangai Nabi tersebut harus dicontoh umatnya, terutama ketika mereka bermusyawarah dalam upaya mengatasi persoalan yang mereka hadapi. Baik persoalan tersebut menyangkut masalah pemerintah dalam skop luas maupun persoalan rumah tangga dalam skop yang lebih kecil seperti yang ditegaskan dalam QS al Baqarah(2):233

Kandungan Ayat
Ayat yang menjadi pembahasan mengenai musyawarah yaitu QS Ali Imran (3): 159, turun setelah peristiwa perang uhud. Sebelum perang dilakukan, nabi mengajak para sahabatnya untuk musyawarah tentang bagaimana menghadapi musuh. Pada musyawarah tersebut, nabi mengikuti pendapat mayoritas sahabat, meskipun ternyata hasilnya sungguh sangat menyedihkan karena berakhir dengan kekalahan kaum muslimin. Setelah kejadian itulah nabi memutuskan untuk menghapus musyawarah. Namun dengan turunnya ayat ini, Allah berpesan kepada nabi bahwa tradisi musyawarah tetap harus dipertahankan dan dilanjutkan meski terbukti hasil keputusannya ( kadang ) keliru.
Dari ayat tersebut, dapat diambil empat sikap ideal ketika dan setelah melakukan musyawarah:
1. Sikap lemah lembut. Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi pemimpin harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala.
2. Memberi maaf dan membuka lembaran baru. Sikap ini harus dimiliki peserta musyawarah, sebab tidak akan berjalan baik, kalau peserta masih diliputi kekeruhan hati apalagi dendam
3. Memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan yang dalam ayat itu dijelaskan dengan permohonan ampunan kepada- Nya. Itulah sebabnya yang harus mengiringi musyawarah adalah permohonan maghfiroh dan ampunan Ilahi, sebagai mana ditegaskan oleh pesan وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
Setelah selesai semuanya harus diserahkan kepada Allah, yaitu tawakkal

Beberapa sikap tersebut ideal namun sekaligus berat. Fakhrudin Ar-Razi menangkap beberapa sikap positif dalam musyawarah
1. Musyawarah merupakan bentuk penghargaan terhadap orang lain dan karenanya menghilangkan anggapan paternalistik bahwa orang lain itu rendah
2. Meskipun nabi adalah pribadi sempurna dan cerdas, namun sebagai manusia ia memiliki kemampuan yang terbatas. Karenanya beliau sendiri menganjurkan dalam sabdanya” tidak ada satu kaum yang bermusyawarah yang tidak ditunjuki kearah penyelesaian terbaik perkara mereka.
3. Menghilangkan buruk sangka. Dengan musyawarah prasangka terhadap orang lain menjadi tereliminasi.
4. Mengeliminasi beban psikologis kesalahan. Kesalahan mayoritas dari sebuah hasil musyawarah menjadi tanggung jawab bersama dan lebih bisa ditoleransi dari pada kesalahan keputusan individu. Hal- hal positif muncul karena musyawarah menghasilkan masyurah: pendapat, nasihat, dan pertimbangan.

Objek Musyawarah
Ayat diatas juga menjelaskan bahwa lapangan musyawarah( obyek) musyawarah(فِي الْأَمْرِ)adalah segala masalah yang belum terdapat petunjuk agama secara jelas dan pasti sekaligus berkaitan dengan kehidupan duniawi.
dalam Al-qur’an ditemukan dua ayat lain yang menggunakan akar kata musyawarah, untuk memahami lapangan musyawarah.
Pertama, Al baqarah (2:233). Ayat ini sebagai petunjuk agar persoalan – persoalan rumah tangga dimusyawarahkan bersama antara suami dan istri.
Ayat lainnya adalah dalam surat As-syura(42:38) وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ yang menjelaskan tentang keadaan kaum muslim madinah yang bersedia membela nabi sebagai hasil kesepakatan dari proses musyawarah. Dalam ayat itu, musyawarah sudah menjadi tradisi masyarakat dalam memutuskan segala perkara mereka.
Dalam soal amr atau urusan, di temukan adanya urusan yang hanya menjadi wewenang Allah semata. Terlihat dalam jawaban Allah mengenai ruh ( baca Al- isra’[17]:85), datangnya kiamat ( An nazi’at[ 79]: 42)demikian juga mengenai taubat( Ali- Imran[ 3]: 128).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa persoalan- persoalan yang telah ada petunjuknya dari Allah secara tegas dan jelas. Maka persoalan tersebut bukan lagi masuk dalam kategori yang di musyawarahkan. Musyawarah hanya dilakukan dalam hal- hal yang belum ditentukan petunjuknya serta soal- soal kehidupan duniawi.
Jika dikaitkan dengan cita- cita politik yang telah dikemukakan , maka objek musyawarah mencakup masalah
1. Pembinaan sistem politik
2. Pengembangan dan pemantapan agama islam dalam kehidupan masyarakat dan Negara
3. Pembinaan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat dan Negara

Subjek Musyawarah
Orang- orang yang bisa dan layak diajak musyawarah sebagaimana yang tersirat dalam Q.s. asy- Syuura: 38, bahwa setiap persoalan yang dipecahkan secara kolektif kolegial akan memberikan manfaat dan kemaslahatan yang luas. Bahkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tidak membatasi keterlibatan non islam dalam menyumbangkan sarannya untuk memecahkan masalah. Karena musyawarah dalam Islam itu bersifat inklusif.
Kerja sama dalam muamalah duniawiyah, disebutkan dalam qaidah ushul, al ashlu fi al- muamalah al- ibahah ( pada prinsipnya semua bentuk kerja sama muamalah itu diperbolehkan dan boleh dipecahkan secara bersama dan tidak menjadi monopoli umat Islam saja) sebab target pertama adalah membangun iklim kondusif dalam memecahkan persoalan keumatan.

Musyawarah (Syura) dan Demokrasi
Al – qur’an dan Sunnah menetapkan beberapa prinsip pokok berkaitan dengan kehidupan politik, seperti keadilan, tanggung jawab, kepastian hukum, jaminan haq al- ‘Ibad ( hak- hak manusia), dan lain- lain, yang kesemuanya memiliki kaitan dengan syura atau demokrasi.
Istilah Syūra berasal dari kata شاور- يشاور (syawara-yusyāwiru) yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan dan mengambil sesuatu. تشاور (tasyāwara) berarti saling berunding, saling tukar pendapat. Secara Lugawi Syūra berarti permusyawaratan, hal bermusyawarah atau konsultasi. Sedang menurut istilah berarti sarana dan cara memberi kesempatan pada anggota komunitas yang mempunyai kemampuan membuat keputusan yang sifatnya mengikat baik dalam bentuk peraturan hukum maupun kebijaksanaan politik. Menurut Abu Faris syūra adalah pemutarbalikan bernagai pendapat dan arah pandangan yang terlempar tentang suatu masalah, termasuk pengujianya dari kaum cendekiawan, sehingga mendapat gagasan yang benar, dan baik.
Konsep syūra sendiri menurut Fazlur Rahman senyatanya merupakan suatu proses di mana setiap orang harus saling berkonsultasi dan mendiskusikan persoalan secara konstruktif dan kritis untuk mencapai tujuan bersama. Semua itu diletakkan dalam kerangka nilai keadilan, kesederajatan, dan pertanggungjawaban sehingga tujuan yang ingin dicapai benar-benar bersifat objektif dan independen. Menurut Munawir Sjadzali, dalam bukunya “Islam dan Tata Negara” menyebutkan musyawarah merupakan petunjuk umum dalam menyelesaikan masalah bersama, soal teknisnya tidak ada pedoman baku, maka ijtihad merupakan jalan keluarnya Qs: Ali Imran (3):159, Qs: as-Syūra ayat 38.
Islam dalam hal ini sangat menekankan kepada umatnya untuk mengembangkan konsep syūra dalam mengangkat dan menyelesaikan berbagai persoalan yang bersentuhan dengan persoalan publik, terutama masalah politik yang dalam realitasnya memiliki sisi-sisi yang sangat rentan konflik. Dengan demikian, konsep syūra ini adalah termasuk prinsip-prinsip dasar yang terkait erat dengan masalah negara dan pemerintahan serta hubungan dengan kepentingan rakyat yang dalam kacamata al-siyasah al-syari’ah meliputi tiga aspek utama. Pertama al-dusturiyyah, meliputi aturan pemerintahan prinsip dasar yang berkaitan dengan pendirian suatu pemerintahan, aturan-aturan yang terkait dengan hak-hak pribadi, masyarakat dan negara. Kedua, kharijiyyah (luar negeri), meliputi hubungan negara dengan negara yang lain, kaidah yang mendasari hubungan ini, dan aturan yang berkenaan dengan perang dan perdamaian. Ketiga, maliyyah (harta), meliputi sumber-sumber keuangan dan perbelanjaan negara.
Para pemikir muslim terbelah kebeberapa kelompok ketika membahas masalah demokrasi dan syura. Sebagian mereka mengatakan bahwa demokrasi dan syura memiliki nilai – nilai kesamaan. Sebagian mereka lainnya menegaskan, antara demokrasi dan syura saling bertolak belakang, bahkan bertentangan.
Jika kita melihat pengertian dari demokrasi itu sendiri secara tujuan dan esesnsinya memiliki keasaamaan. Sebagaimana kita ketahui dari beberapa para pakar politik makna demokrasi ialah:
Secara etimologis, demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan cratia atau cratos, yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dari dua kata ini, demo-cratein atau demos-cratos dapat diartikan sebagai kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan rakyat. Sistem demokrasi yang dianut di negara kota Yunani Kuno adalah demokrasi langsung (direct democracy) dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Menurut Miriam Budiardjo, sistem ini dapat dilaksanakan dengan efektif karena berlangsung dalam kondisi yang sederhana, wilayah yang terbatas, dan jumlah penduduk yang hanya sekitar 300.000 orang.Dalam perkembangannya, seiring dengan kompleksitas kondisi masyarakat, sistem demokrasi ini berkembang menjadi sistem perwakilan, representative democracy, dimana rakyat memilih wakil-wakilnya untuk mengambil keputusan-keputusan politik.
Sementara secara terminologis, para ilmuwan politik tidak memiliki kesepakatan dalam mendefinisikan demokrasi.
Menurut Ian Adams, setelah Perang Dunia II, Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), UNESCO ketika berusaha menjelaskan cita-cita demokrasi, menugaskan sejumlah sarjana untuk mencari definisi demokrasi yang dapat disepakati oleh semua pihak. Namun dalam laporannya, Democracy in a World of Tensons (UNESCO, Paris 1991), para sarjana itu mengakui telah menemui kegagalan karena terdapat begitu banyak definisi demokrasi yang saling bertentangan dan mustahil untuk dicapai kesepakatan.

Menurut Robert A. Dahl, demokrasi adalah sistem politik dimana para anggotanya saling menolong antara yang satu dengan yang lainnya, sebagai orang-orang yang sama dari segi politik, dan mereka secara bersama-sama, berdaulat dan memiliki kemampuan sumber daya, dan lembaga-lembaga yang mereka perlukan demi untuk keperluan mereka sendiri.

Sementara menurut Deliar Noer, demokrasi sebagai dasar hidup bernegara mengandung pengertian bahwa pada tingkat terakhir, rakyat memiliki ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya.

Menurut Masykuri Abdillah, definisi yang paling umum tentang demokrasi adalah definisi yang diberikan oleh Joseph A. Schmpeter, yaitu suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

Menurut Nurchalish Madjid, dari beragam definisi tentang demokrasi, terdapat titik temu tentang pengertiannya secara umum. Menurut Nurchalish, para “penghayat demokrasi” semestinya mempelajari pandangan teoritis yang lebih “absah” tentang kekuasaan politik di tangan rakyat, dalam pengertian bahwa rakyatlah yang menentukan langsung pemimpin mereka.

Sementara secara lebih spesifik Yusuf al-Qardâwî menjelaskan bahwa hakikat demokrasi adalah bahwa rakyat yang akan memerintah dan menata persoalan mereka. Tidak boleh dipaksakan kepada mereka pemimpin yang tidak mereka sukai, atau rezim yang mereka benci. Rakyat diberikan hak untuk mengoreksi pemimpinnya bila dia keliru. Diberikan hak untuk mencabut dan mengganti pemimpin tersebut apabila dia menyimpang. Rakyat tidak boleh dipaksa untuk mengikuti berbagai sistem ekonomi, sosial, dan politik yang tidak mereka kenal dan sukai, bila sebagian menolak, mereka tidak boleh disiksa atau difitnah.Menurut Qardâwî, demokrasi seperti ini memberikan beberapa bentuk dan cara praktis seperti pemilihan dan referendum umum, mendukung pihak mayoritas, menerapkan sistem multipartai, memberikan hak kepada minoritas untuk beroposisi, menjamin kebebasan pers dan kemandirian pengadilan.
Kata dan konsep demokrasi dapat ditelusuri secara historis ketika konsep ini pertama kali digunakan sebagai sistem politik dalam praktek negara-kota (city-state) di Yunani Kuno menjelang pertengahan abad kelima atau ke enam Sebelum Masehi. Orang Yunani menyebut sistem politik mereka dengan istilah democratia.
Terlepas dari itu semua, baik syura maupun demokrasi intinya adalah musyawarah dalam sebuah pengambilan keputusan. Di dalamnya terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan itu tertuang dalam konsep nilai dan teknisnya. Islam sendiri menjadi sifat dasar dari demokrasi, ini dikarenakan konsep syura, ijtihad dan ijma’ merupakan konsep yang sama dengan demokrasi. Sedangkan perbedaannya, lebih kepada konsep historis.

Hamka dalam karyanya tidak memberikan definisi secara jelas tentang syūra. Ia menjelaskan bahwa al-Qur'an dan hadis tidak memberikan informasi detail tentang bagaimana melakukan syūra. Sebagai bahan pertimbangan Rasulullah dalam hal ini memakai menteri-menteri utama seperti Abu Bakar, Umar, dan menteri tingkat kedua yakni Usman dan Ali, kemudian terdapat enam menteri lain, serta satu menteri ahli musyawarah dari kalangan Anshar. Islam menurut Hamka telah mengajarkan pentingnya umat mempraktikkan sistem syūra ini. Sementara itu, teknik pelaksanaanya tergantung pada keadaan tempat da keadaan zaman. Sementara itu, menurut Hamka dalam Qs: as-Syura ayat 38 mengandung penjelasan bahwa kemunculan musyawarah disebabkan karena adanya jamaah. Dalam melakukan shalat diperlukan musyawarah untuk menentukan siapa yang berhak untuk menjadi imam. Dengan demikian, menurut Hamka dasar dari musyawarah telah ditanamkan sejak zaman Makah. Sebab, ayat ini (al-Qur'an surah as-Syura) diturunkan di Makah. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dalam menjalankan musyawarah harus didasarkan pada asas al-maslah{at. Nabi dalam hal ini menegaskan segala urusan terkait dengan dunia, misal masalah perang, ekonomi, hubungan antar sesama manusia dibangun atas dasar dibangun atas dasar timbangan maslahat dan mafsadat-nya.
Hamka dalam hal ini mengkontekskan ayat al-Qur'an tentang syūra dalam konteks keindonesiaan. Menurutnya, bangsa Indonesia dapat memilih sistem pemerintahan dalam bentuk apapun untuk menjalankan roda pemerintahan, tetapi tidak boleh meninggalkan sistem sura yang di dasarkan atas maslahat. Sampai di sini dapat dikatakan bahwa maslahat adalah prinsip dasar dalam melakukan syūra yang wajib dilakukan oleh setiap bangsa dan negara.

Untuk menyiasati sekat perbedaan tersebut, Gus Dur memberikan solusi dengan mencoba mengadakan transformasi nilai- nilai agama. Upaya yang ditempuh adalah mengubah komitmen agama yang dari hanya bersandar pada teks normatif kepada kepedulian terhadap nilai- nilai kemanusiaan. Agama akan dapat selaras dengan demokrasi jika memiliki watak membebaskan. Islam hadir untuk membebaskan umatnya berkreasi dalam menciptakan peradaban yang lebih manusiawi. Agama apapun sama- sama mengemban misi perbaikan kehidupan umat manusia melalui perubahan struktur masyarakat. Titik temu antara agama dan demokrasi inilah yang harus dikedepankan sehingga pada gilirannya proses demokrasi tidak kehilangan ruh ketuhanannya. Tidak terjebak dalam budaya menyimpang seperti hedonisme dan meterialisme. Kalau kita lihat dari kaca mata kemanusiaan, bahwa demokrasi (syura) [11]benar- benar memberikan pendidikan kepada masyarakat luas tentang nilai- nilai kejujuran, keterbukaan dan keselarasan.[12]
Esensi demokrasi dapat kita lihat dari pemilu yang diadakan untuk memilih presiden atau pemimpin suatu negara. Bahkan kini kita telah mulai melaksanakan pemilihan pemimpin pemerintahan tingkat provinsi dan kota. Sistem pemerintahan seperti ini sesuai dengan ajaran Islam yaitu yang telah diajarkan pendahulu kita dalam pemilihan khilafah, sejak wafatnya Rasulullah.
Di Indonesia, praktek demokrasi dengan mengutamakan musyawarah merupakan suatu bukti bahwa negara Indonesia memiliki jati diri dengan menyesuaikan pelaksanaan demokrasi dengan kepribadian bangsa. Selain itu musyawarah mufakat juga sesuai dengan ajaran Islam, karena Islam mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan. Kalau kita perhatikan dalam ormas Islam di Indonesia, misalnya saja seperti NU, kita akan menemukan dewan Majelis syura (dewan musyawarah) yang bertugas menampung suara- suara masyarakat. Seperti yang kita tahu kiprah para ulama- ulama kita yang sejak zaman kemerdekaan sudah sepakat dengan demokrasi, dengan meminjam istilah KH wahab hasbullah” bersepakat untuk tidak bersepakat. berbeda tetapi tetapa bersaudara.
Namun yang terjadi saat ini, meskipun Indonesia disebut sebagai negara paling demokratis didunia, tetapi lebih sering memilih budaya voting dalam mengambil keputusan. Akibatnya, substansi dan nilai- nilai demokrasi terabaikan. Apalagi kalau voting itu tidak jernih untuk memilih opsi, termasuk disertai dengan penyakit paling berbahaya dalam demokrasi, yaitu politik uang.
Praktek demokrasi (syura) pada masa Nabi Muhammad seharusnya menjadi contoh pengalaman terbaik bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Prinsip- prinsip demokrasi yang di praktikkan pada masa awal Islam – dari periode kepemimpinan Nabi hingga keempat khalifah pengganti Nabi, bisa menjadi rujukan berharga bagi proses demokrasi di Indonesia.
Demokrasi dalam pandangan islam
Dalam konteks relevansi dari konsep representative democracy dengan Islam, bentuk yang paling mendekati konsep ini adalah sebuah komite yang dibentuk oleh khalîfah ‘Umar ibn al-Khattâb menjelang beliau wafat. Komite yang terdiri dari enam orang sahabat senior, yakni ‘Ali ibn Abi Tâlib, ‘Utsmân ibn ‘Affân, Sa‘d ibn Abi Waqqâs, Abd al-Rahmân ibn ‘Auf, Zubair ibn Awwâm, dan Talhah ibn ‘Ubaidillâh, memiliki tugas untuk merundingkan pengganti khalîfah sepeninggalnya. Apabila terdapat kesamaan jumlah suara, maka pengganti khalîfah terpilih adalah yang disetujui oleh ‘Abd Allâh ibn ‘Umar sebagai suara ketujuh.
Pembentukan komisi ini, meski tidak sama, memiliki kedekatan dengan konsep representative democracy, dimana individu-individu yang dianggap mewakili rakyat memilih pemimpin mereka dengan sistem suara terbanyak.Selain itu, kedekatan demokrasi dan Islam menurut John L. Esposito dan John O. Voll juga dapat ditelusuri dari konsep-konsep islami yang telah lama bertahan, yaitu prinsip musyawarah (syûra), persetujuan (ijma‘), dan penilaian interpretatif (ijtihâd.)
Menurutnya, perwakilan rakyat dalam sebuah negara tercermin terutama dalam doktrin musyawarah (syûra). Karena suara Muslim yang dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita, adalah khalîfah Tuhan. Mereka mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani permasalahan Negara.
Namun demikian, sebagian umat Islam seperti Jamâ‘ah Hizb al-Tahrîr, memberikan pandangan yang menunjukkan ketidakseseuaian antara Islam dan demokrasi. Kelompok seperti Hizb al-Tahrîr, mempertentangkan antara aksioma demokrasi, kedaulatan ditangan rakyat, dengan keyakinan Islam bahwa kekuasaan menetapkan hukum adalah milik Allah. Kelompok ini merujuk pada landasan al-Qur’ân Sûrah Yûsûf/12: 40,
Namun Qardâwî, tidak sependapat dengan pandangan ini. Baginya, pendapat yang mempertentangkan antara pemerintahan rakyat dan kedaulatan Tuhan merupakan pendapat yang tidak tepat. Prinsip kedaulatan di tangan rakyat yang merupakan landasan demokrasi tidak bertentangan dengan prinsip kedauatan di tangan Allah yang merupakan landasan fundamental Islami, tapi bertentangan dengan prinsip kekuasaan individu yang merupakan dasar pemerintahan diktator.
Selaras dengan itu, menurut Yudi Latif, pengakuan Muslim terhadap kedaulatan rakyat ini tidak lagi menjadi masalah, karena pemahaman terhadap kedaulatan Tuhan yang semula dipandang bertentangan dengan kedaulatan rakyat telah direvisi dengan pandangan bahwa kedua hal itu tidak berlawanan. Dikatakan tidak berlawanan sebab kedaulatan Tuhan bisa didelegasikan kepada kedaulatan rakyat. Istilah khalîfah tidak harus dilekatkan kepada penguasa, tetapi kepada seluruh manusia. Kehendak Tuhan dapat diartikulasikan lewat kehendak rakyat melalui pemerintahan perwakilan.










DAFTAR PUSTAKA
Lajanah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik(Tafsir Al- Qur’an Tematik), (Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI: 2009),h. 220-221
M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an: Tafsir maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat, Mizan, Bandung, h. 467
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994.
Quraish shihab, Al Misbah,lentera hati, Jakarta,2002 h. 244-247
Waryono Abdul Ghafur,Tafsi Ayat Sosial, ElSAQ Press, Yogyakarta, 2005,h. 156-157
Mohammed Arkoun, Rethinking Islam, terj. Yudian W. Asmin dan Lathiful Khuluq, Yogyakarta: 1996.
Ahmad Syafi’i Ma’arif, “Posisi Sentral al-Qur'an dalam Studi Islam”, dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian agama; Sebuah pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.
Mohammed Arkoun, Rethinking Islam, terj. Yudian W. Asmin dan Lathiful Kh
Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, Jakarta: Pustaka panjimas, 1984.
T.W. Arnold, “Khalifa” dalam M.TH. Houstma, (ed.), First Encyclopedia of Islam, Leiden: E.J. Brill, 1987.
M. Abdul al-Manar, Pemikiran Hamka, Kajian Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Prima Aksara, 1993.
Tim, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichiar baru Van Hoeve, 1982.
Fazlur Rahman dalam Islamic Studies Vol. VI, No. 2, 1967.
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta : UI Press, 1993.
Idris Thaha, Demokrasi Religius, Teraju, Jakarta, 2005,h. 33-34.
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Hakikat Sistem Politik Islam, Yogyakarta: PLP2M, 1987.
Qamaruddin Khan, Al-Mawardi's Theory of the State, Delhi: Muhammad Ahmad for Idarah Adabiyah, 2009, 1979.
T.W. Arnold, “Khalifa” dalam M.TH. Houstma, (ed.), First Encyclopedia of Islam, Leiden: E.J. Brill, 1987.


Senin, 18 Januari 2016

hadis dan terjemah tentang Iman kitab shohih bukhori

BAB IMAN (hadis-hadis tentang iman)ref. kitab shohih bukhori
Islam dibangun diatas lima (landasan), dan Islam adalah perkataan dan perbuatan serta bertambah dan berkurang.



No. Hadist: 7


حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari 'Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan".


Tentang Perkara-perkara Iman





No. Hadist: 8


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُعْفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman".


Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya



No. Hadist: 9


حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ وَإِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا دَاوُدُ هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ دَاوُدَ عَنْ عَامِرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas berkata, Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abdullah bin Abu As Safar dan Isma'il bin Abu Khalid dari Asy Sya'bi dari Abdullah bin 'Amru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah " Abu Abdullah berkata; dan Abu Mu'awiyyah berkata; Telah menceritakan kepada kami Daud, dia adalah anak Ibnu Hind, dari 'Amir berkata; aku mendengar Abdullah, maksudnya ibnu 'Amru, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan berkata Abdul A'laa dari Daud dari 'Amir dari Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam


Amalan Islam apakah yang paling utama?



No. Hadist: 10


حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقُرَشِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بُرْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Yahya bin Sa'id Al Qurasyi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami bapakku berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Abu Burdah bin Abdullah bin Abu Burdah dari Abu Burdah dari Abu Musa berkata: 'Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Siapa yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya".


Memberi makan bagian dari Islam



No. Hadist: 11


حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal".


Bagian dari iman hendaknya mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri



No. Hadist: 12


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dari Qotadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan dari Husain Al Mu'alim berkata, telah menceritakan kepada kami Qotadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri".


Mencintai Rasulullah bagian dari iman



No. Hadist: 13



حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya".


Manisnya iman



No. Hadist: 15


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"

Tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat anshar



No. Hadist: 16


حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَبْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Abdullah bin Jabar, berkata; aku mendengar Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tanda iman adalah mencintai (kaum) Anshar dan tanda nifaq adalah membenci (kaum) Anshar".


Bagian dari dien adalah menghindar dari fitnah



No. Hadist: 18


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ الْمُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الْجِبَالِ وَمَوَاقِعَ الْقَطْرِ يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنْ الْفِتَنِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha'Sha'ah dari bapaknya dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hampir saja terjadi (suatu zaman) harta seorang muslim yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi menghindar dengan membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah".

Dan siapa yang benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka



No. Hadist: 20


حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qotadah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga (perkara) yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Dan siapa yang bila mencintai seseorang, dia tidak mencintai orang itu kecuali karena Allah 'azza wajalla. Dan siapa yang benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka".


'Di antara kalian akulah yang paling mengerti tentang Allah'



No. Hadist: 19


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمَرَهُمْ أَمَرَهُمْ مِنْ الْأَعْمَالِ بِمَا يُطِيقُونَ قَالُوا إِنَّا لَسْنَا كَهَيْئَتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَيَغْضَبُ حَتَّى يُعْرَفَ الْغَضَبُ فِي وَجْهِهِ ثُمَّ يَقُولُ إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdah dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila memerintahkan kepada para sahabat, Beliau memerintahkan untuk melakukan amalan yang mampu mereka kerjakan, kemudian para sahabat berkata; "Kami tidaklah seperti engkau, ya Rasulullah, karena engkau sudah diampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang". Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjadi marah yang dapat terlihat dari wajahnya, kemudian bersabda: "Sesungguhnya yang paling taqwa dan paling mengerti tentang Allah diantara kalian adalah aku".


Dan siapa yang benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka



No. Hadist: 20


حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qotadah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga (perkara) yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Dan siapa yang bila mencintai seseorang, dia tidak mencintai orang itu kecuali karena Allah 'azza wajalla. Dan siapa yang benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka".


Bertingkat-tingkatnya ahlul imam dalam amalan



No. Hadist: 21


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَا أَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌو الْحَيَاةِ وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami Malik dari 'Amru bin Yahya Al Mazani dari bapaknya dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ahlu surga telah masuk ke surga dan Ahlu neraka telah masuk neraka. Lalu Allah Ta'ala berfirman: "Keluarkan dari neraka siapa yang didalam hatinya ada iman sebesar biji sawi". Maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong kemudian dimasukkan kedalam sungai hidup atau kehidupan. -Malik ragu. - Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna kekuningan."Berkata Wuhaib Telah menceritakan kepada kami 'Amru: "Kehidupan". Dan berkata: "Sedikit dari kebaikan".



No. Hadist: 22


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ النَّاسَ يُعْرَضُونَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ مِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثُّدِيَّ وَمِنْهَا مَا دُونَ ذَلِكَ وَعُرِضَ عَلَيَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعَلَيْهِ قَمِيصٌ يَجُرُّهُ قَالُوا فَمَا أَوَّلْتَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الدِّينَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaidillah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd dari Shalih dari Ibnu Syihab dari Abu Umamah bin Sahal bin Hunaif bahwasanya dia mendengar Abu Said Al Khudri berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika aku tidur, aku bermimpi melihat orang-orang dihadapkan kepadaku. Mereka mengenakan baju, diantaranya ada yang sampai kepada buah dada dan ada yang kurang dari itu. Dan dihadapkan pula kepadaku Umar bin Al Khaththab dan dia mengenakan baju dan menyeretnya. Para sahabat bertanya: "Apa maksudnya hal demikian menurut engkau, ya Rasulullah?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ad-Din (agama) ".


Malu bagian dari iman



No. Hadist: 23


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَانِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik bin Anas dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah dari bapaknya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berjalan melewati seorang sahabat Anshar yang saat itu sedang memberi pengarahan saudaranya tentang malu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tinggalkanlah dia, karena sesungguhnya malu adalah bagian dari iman".



"Maka jika mereka bertaubat, menegakkan shalat dan membayar zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan."



No. Hadist: 24


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُسْنَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو رَوْحٍ الْحَرَمِيُّ بْنُ عُمَارَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ وَاقِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Musnadi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Rauh Al Harami bin Umarah berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Waqid bin Muhammad berkata; aku mendengar bapakku menceritakan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah"


Orang yang berpendapat bahwa iman adalah perbuatan.



No. Hadist: 25


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus dan Musa bin Isma'il keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang Islam, manakah yang paling utama? Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya". Lalu ditanya lagi: "Lalu apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fi sabilillah (berperang di jalan Allah). Lalu ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Jawab Beliau shallallahu 'alaihi wasallam: "haji mabrur".


Apabila masuk Islam bukan pada hakikatnya, tetapi karena berserah diri dan takut dari pembunuhan



No. Hadist: 26


حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عَامِرُ بْنُ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَى رَهْطًا وَسَعْدٌ جَالِسٌ فَتَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا هُوَ أَعْجَبُهُمْ إِلَيَّ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَكَ عَنْ فُلَانٍ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَاهُ مُؤْمِنًا فَقَالَ أَوْ مُسْلِمًا فَسَكَتُّ قَلِيلًا ثُمَّ غَلَبَنِي مَا أَعْلَمُ مِنْهُ فَعُدْتُ لِمَقَالَتِي فَقُلْتُ مَا لَكَ عَنْ فُلَانٍ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَاهُ مُؤْمِنًا فَقَالَ أَوْ مُسْلِمًا ثُمَّ غَلَبَنِي مَا أَعْلَمُ مِنْهُ فَعُدْتُ لِمَقَالَتِي وَعَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا سَعْدُ إِنِّي لَأُعْطِي الرَّجُلَ وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْهُ خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ فِي النَّارِ وَرَوَاهُ يُونُسُ وَصَالِحٌ وَمَعْمَرٌ وَابْنُ أَخِي الزُّهْرِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Amir bin Sa'd bin Abu Waqash dari Sa'd, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan makanan kepada beberapa orang dan saat itu Sa'd sedang duduk. Tetapi Beliau tidak memberi makanan tersebut kepada seorang laki-laki, padahal orang tersebut yang paling berkesan bagiku diantara mereka yang ada, maka aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan si fulan? Sungguh aku melihat dia sebagai seorang mu'min." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membalas: "atau dia muslim?" Kemudian aku terdiam sejenak, dan aku terdorong untuk lebih memastikan apa yang dimaksud Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, maka aku ulangi ucapanku: "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan si fulan? Sungguh aku memandangnya sebagai seorang mu'min." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membalas: "atau dia muslim?" Lalu aku terdorong lagi untuk lebih memastikan apa yang dimaksudnya hingga aku ulangi lagi pertanyaanku. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Sa'd, sesungguhnya aku juga akan memberi kepada orang tersebut. Namun aku lebih suka memberi kepada yang lainnya dari pada memberi kepada dia, karena aku takut kalau Allah akan mencampakkannya ke neraka". Yunus, Shalih, Ma'mar dan keponakan Az Zuhri, telah meriwayatkan dari Az Zuhri



Menyebarkan salam bagian dari Islam



No. Hadist: 27


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid bin Abu Habib dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal".



Mengingkari pemberian dan istilah kekufuran di bawah kekufuran



No. Hadist: 28


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Zaid bin Aslam dari 'Atho' bin Yasar dari Ibnu 'Abbas berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari". Ditanyakan: "Apakah mereka mengingkari Allah?" Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu".



Perbuatan maksiat merupakan kebiasaan jahiliyah, namun pelakunya tidak dikafirkan karena kemaksiatannya



No. Hadist: 29


حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ وَاصِلٍ الْأَحْدَبِ عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ وَعَلَى غُلَامِهِ حُلَّةٌ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنِّي سَابَبْتُ رَجُلًا فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمْ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Washil Al Ahdab dari Al Ma'rur bin Suwaid berkata: Aku bertemu Abu Dzar di Rabdzah yang saat itu mengenakan pakaian dua lapis, begitu juga anaknya, maka aku tanyakan kepadanya tentang itu, maka dia menjawab: Aku telah menghina seseorang dengan cara menghina ibunya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menegurku: "Wahai Abu Dzar apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya kamu masih memiliki (sifat) jahiliyyah. Saudara-saudara kalian adalah tanggungan kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah tangan kalian. Maka siapa yang saudaranya berada di bawah tangannya (tanggungannya) maka jika dia makan berilah makanan seperti yang dia makan, bila dia berpakaian berilah seperti yang dia pakai, janganlah kalian membebani mereka sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka".


Bila dua kelompok orang beriman berperang maka damaikanlah…





No. Hadist: 30


حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْمُبَارَكِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ وَيُونُسُ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ ذَهَبْتُ لِأَنْصُرَ هَذَا الرَّجُلَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قُلْتُ أَنْصُرُ هَذَا الرَّجُلَ قَالَ ارْجِعْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Al Mubarak Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid Telah menceritakan kepada kami Ayyub dan Yunus dari Al Hasan dari Al Ahnaf bin Qais berkata; aku datang untuk menolong seseorang kemudian bertemu Abu Bakrah, maka dia bertanya: "Kamu mau kemana?" Aku jawab: "hendak menolong seseorang" dia berkata: "Kembalilah, karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka". aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya".



Kezhaliman di bawah kezhaliman





No. Hadist: 31


حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح قَالَ و حَدَّثَنِي بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ أَبُو مُحَمَّدٍ الْعَسْكَرِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ } قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dan juga telah meriwayatkan hadits yang serupa ini, Telah menceritakan kepadaku Bisyir bin Khalid Abu Muhammad Al 'Asykari berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari Sulaiman dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah berkata: ketika turun ayat: "Orang-orang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman" para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Siapakah diantara kami yang tidak berbuat zhalim? Maka Allah 'azza wajalla menurunkan (firman-Nya): "Sesungguhnya kesyirikan adalah kezhaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)



Tanda-tanda nifaq





No. Hadist: 32


حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ أَبُو الرَّبِيعِ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi' berkata, telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat".



Menghidupkan malam lailatul qadar bagian iman





No. Hadist: 34


حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menegakkan lailatul qodar karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".


Jihad bagian dari iman





No. Hadist: 35


حَدَّثَنَا حَرَمِيُّ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ بْنُ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ انْتَدَبَ اللَّهُ لِمَنْ خَرَجَ فِي سَبِيلِهِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا إِيمَانٌ بِي وَتَصْدِيقٌ بِرُسُلِي أَنْ أُرْجِعَهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ أَوْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَلَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي مَا قَعَدْتُ خَلْفَ سَرِيَّةٍ وَلَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ

Telah menceritakan kepada kami Harami bin Hafsh berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid berkata, telah menceritakan kepada kami Umarah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah bin 'Amru bin Jarir berkata: Aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Allah menjamin orang yang keluar (berperang) di jalan-Nya, tidak ada yang mendorongnya keluar kecuali karena iman kepada-Ku dan membenarkan para rasul-Ku untuk mengembalikannya dengan memperoleh pahala atau ghonimah atau memasukkannya ke surga. Kalau seandainya tidak memberatkan umatku tentu aku tidak akan duduk tinggal diam di belakang sariyyah (pasukan khusus) dan tentu aku ingin sekali bila aku terbunuh di jalan Allah lalu aku dihidupkan lagi kemudian terbunuh lagi lalu aku dihidupkan kembali kemudian terbunuh lagi".



Menghidupkan ibadah-ibadah sunnah Ramadhan bagian iman





No. Hadist: 36


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari Humaid bin Abdurrahman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menegakkan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".



Melaksanakan shaum Ramadan karena mencari ridla Allah bagian dari iman





No. Hadist: 37


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Fudlail berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".


Agama itu mudah





No. Hadist: 38


حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ مُطَهَّرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغِفَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar berkata, telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah ((berangkat di waktu malam) ".




Shalat bagian dari iman





No. Hadist: 39


حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَوَّلَ مَا قَدِمَ الْمَدِينَةَ نَزَلَ عَلَى أَجْدَادِهِ أَوْ قَالَ أَخْوَالِهِ مِنْ الْأَنْصَارِ وَأَنَّهُ صَلَّى قِبَلَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ تَكُونَ قِبْلَتُهُ قِبَلَ الْبَيْتِ وَأَنَّهُ صَلَّى أَوَّلَ صَلَاةٍ صَلَّاهَا صَلَاةَ الْعَصْرِ وَصَلَّى مَعَهُ قَوْمٌ فَخَرَجَ رَجُلٌ مِمَّنْ صَلَّى مَعَهُ فَمَرَّ عَلَى أَهْلِ مَسْجِدٍ وَهُمْ رَاكِعُونَ فَقَالَ أَشْهَدُ بِاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ مَكَّةَ فَدَارُوا كَمَا هُمْ قِبَلَ الْبَيْتِ وَكَانَتْ الْيَهُودُ قَدْ أَعْجَبَهُمْ إِذْ كَانَ يُصَلِّي قِبَلَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَهْلُ الْكِتَابِ فَلَمَّا وَلَّى وَجْهَهُ قِبَلَ الْبَيْتِ أَنْكَرُوا ذَلِكَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ فِي حَدِيثِهِ هَذَا أَنَّهُ مَاتَ عَلَى الْقِبْلَةِ قَبْلَ أَنْ تُحَوَّلَ رِجَالٌ وَقُتِلُوا فَلَمْ نَدْرِ مَا نَقُولُ فِيهِمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ }

Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, telah menceritakan kepada kami Zuhair berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Al Barro` bin 'Azib bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat pertama kali datang di Madinah, singgah pada kakek-kakeknya ('Azib) atau paman-pamannya dari Kaum Anshar, dan saat itu Beliau shallallahu 'alaihi wasallam shalat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan, dan Beliau sangat senang sekali kalau shalat menghadap Baitullah (Ka'bah). Shalat yang dilakukan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pertama kali (menghadap Ka'bah) itu adalah shalat 'ashar dan orang-orang juga ikut shalat bersama Beliau. Pada suatu hari sahabat yang ikut shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pergi melewati orang-orang di Masjid lain saat mereka sedang ruku', maka dia berkata: "Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku ikut shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadap Makkah, maka orang-orang yang sedang (ruku') tersebut berputar menghadap Baitullah dan orang-orang Yahudi dan Ahlul Kitab menjadi heran, sebab sebelumnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat menghadap Baitul Maqdis. Ketika melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghadapkan wajahnya ke Baitullah mereka mengingkari hal ini. Berkata Zuhair Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Al Barro`, dalam haditsnya ini menerangkan tentang (hukum) seseorang yang meninggal dunia pada saat arah qiblat belum dialihkan dan juga banyak orang-orang yang terbunuh pada masa itu?, kami tidak tahu apa yang harus kami sikapi tentang mereka hingga akhirnya Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya: "Dan Allah tidaklah akan menyia-nyiakan iman kalian". (QS. Al Baqoroh: 143)



Baiknya Islam seseorang





No. Hadist: 40


حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq berkata, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hamam bin Munabbih dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila seorang dari kalian memperbaiki keIslamannya maka dari setiap kebaikan akan ditulis baginya sepuluh (kebaikan) yang serupa hingga tujuh ratus tingkatan, dan setiap satu kejelekan yang dikerjakan akan ditulis satu kejelekan saja yang serupa dengannya".



Amalan yang paling Allah sukai adalah yang konsisten





No. Hadist: 41


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ هِشَامٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا امْرَأَةٌ قَالَ مَنْ هَذِهِ قَالَتْ فُلَانَةُ تَذْكُرُ مِنْ صَلَاتِهَا قَالَ مَهْ عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَادَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Hisyam berkata, telah mengabarkan bapakku kepadaku dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendatanginya dan bersamanya ada seorang wanita lain, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "siapa ini?" Aisyah menjawab: "si fulanah", Lalu diceritakan tentang shalatnya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "tinggalkanlah apa yang tidak kalian sanggupi, demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang menjadi bosan, dan agama yang paling dicintai-Nya adalah apa yang senantiasa dikerjakan secara rutin dan kontinyu".


Bertambah dan berkurangnya iman





No. Hadist: 42


حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ أَبَانُ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ حَدَّثَنَا أَنَسٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِيمَانٍ مَكَانَ مِنْ خَيْرٍ

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam berkata, telah menceritakan kepada kami Qotadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Akan dikeluarkan dari neraka siapa yang mengatakan tidak ada Ilah kecuali Allah dan dalam hatinya ada kebaikan sebesar jemawut. Dan akan dikeluarkan dari neraka siapa yang mengatakan tidak ada ilah kecuali Allah dan dalam hatinya ada kebaikan sebesar biji gandum. Dan akan dikeluarkan dari neraka siapa yang mengatakan tidak ada ilah kecuali Allah dan dalam hatinya ada kebaikan sebesar biji sawi. Abu Abdullah berkata; Aban berkata; Telah menceritakan kepada kami Qotadah Telah menceritakan kepada kami Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda. Dan kata iman di dalam hadits ini diganti dengan kata kebaikan.



No. Hadist: 43


حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ سَمِعَ جَعْفَرَ بْنَ عَوْنٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْعُمَيْسِ أَخْبَرَنَا قَيْسُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْيَهُودِ قَالَ لَهُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ آيَةٌ فِي كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لَاتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا قَالَ أَيُّ آيَةٍ قَالَ } الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الْإِسْلَامَ دِينًا { قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ

Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ash Shabbah bahwa dia mendengar Ja'far bin 'Aun berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Al 'Umais, telah mengabarkan kepada kami Qais bin Muslim dari Thariq bin Syihab dari Umar bin Al Khaththab; Ada seorang laki-laki Yahudi berkata: "Wahai Amirul Mu'minin, ada satu ayat dalam kitab kalian yang kalian baca, seandainya ayat itu diturunkan kepada kami Kaum Yahudi, tentulah kami jadikan (hari diturunkannya ayat itu) sebagai hari raya ('ied). Maka Umar bin Al Khaththab berkata: "Ayat apakah itu?" (Orang Yahudi itu) berkata: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian". (QS. Al Maidah ayat 3). Maka Umar bin Al Khaththab menjawab: "Kami tahu hari tersebut dan dimana tempat diturunkannya ayat tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu pada hari Jum'at ketika Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berada di 'Arafah.



Zakat bagian dari Islam





No. Hadist: 44


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ عَمِّهِ أَبِي سُهَيْلِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ طَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْتِهِ وَلَا يُفْقَهُ مَا يَقُولُ حَتَّى دَنَا فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصِيَامُ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلَا أَنْقُصُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il Telah menceritakan kepadaku Malik bin Anas dari pamannya - Abu Suhail bin Malik - dari bapaknya, bahwa dia mendengar Thalhah bin 'Ubaidullah berkata: Telah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seorang dari penduduk Najed dalam keadaan kepalanya penuh debu dengan suaranya yang keras terdengar, namun tidak dapat dimengerti apa maksud yang diucapkannya, hingga mendekat (kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) kemudian dia bertanya tentang Islam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Shalat lima kali dalam sehari semalam". Kata orang itu: "apakah ada lagi selainnya buatku". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak ada kecuali yang thathawu' (sunnat) ". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Dan puasa Ramadlan". Orang itu bertanya lagi: "Apakah ada lagi selainnya buatku". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak ada kecuali yang thathawu' (sunnat) ". Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebut: "Zakat": Kata orang itu: "apakah ada lagi selainnya buatku". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak ada kecuali yang thathawu' (sunnat) ". Thalhah bin 'Ubaidullah berkata: Lalu orang itu pergi sambil berkata: "Demi Allah, aku tidak akan menambah atau menguranginya". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dia akan beruntung jika jujur menepatinya".



Mengiringi jenazah bagian dari iman





No. Hadist: 45


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَلِيٍّ الْمَنْجُوفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا رَوْحٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ الْحَسَنِ وَمُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا وَكَانَ مَعَهُ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا وَيَفْرُغَ مِنْ دَفْنِهَا فَإِنَّه يَرْجِعُ مِنْ الْأَجْرِ بِقِيرَاطَيْنِ كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ رَجَعَ قَبْلَ أَنْ تُدْفَنَ فَإِنَّهُ يَرْجِعُ بِقِيرَاطٍ تَابَعَهُ عُثْمَانُ الْمُؤَذِّنُ قَالَ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah bin Ali Al Manjufi berkata, telah menceritakan kepada kami Rauh berkata, telah menceritakan kepada kami 'Auf dari Al Hasan dan Muhammad dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Barangsiapa mengiringi jenazah muslim, karena iman dan mengharapkan balasan dan dia selalu bersama jenazah tersebut sampai dishalatkan dan selesai dari penguburannya, maka dia pulang dengan membawa dua qiroth, setiap qiroth setara dengan gunung Uhud. Dan barangsiapa menyolatkannya dan pulang sebelum dikuburkan maka dia pulang membawa satu qiroth". Hadits seperti ini juga diriwayatkan dari Utsman Al Mu`adzin, dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Auf dari Muhammad dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.



Kekhawatiran seorang mu'min bila amalnya terhapus tanpa sadar





No. Hadist: 46


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ زُبَيْدٍ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا وَائِلٍ عَنْ الْمُرْجِئَةِ فَقَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ar'arah berkata, Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Zubaid berkata: Aku bertanya kepada Abu Wa'il tentang Murji`ah, maka dia menjawab: Telah menceritakan kepadaku Abdullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "mencerca orang muslim adalah fasiq dan memeranginya adalah kufur".



No. Hadist: 47


أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ حُمَيْدٍ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يُخْبِرُ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ وَإِنَّهُ تَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Humaid, Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk menjelaskan tentang Lailatul Qodar, lalu ada dua orang muslimin saling berdebat. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku datang untuk menjelaskan Lailatul Qodar kepada kalian, namun fulan dan fulan saling berdebat sehingga akhirnya diangkat (lailatul qodar), dan semoga menjadi lebih baik buat kalian, maka itu intailah (lailatul qodar) itu pada hari yang ketujuh, enam dan lima ".



Pertanyaan malaikat Jibril kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam tentang iman, Islam, Ihsan dan pengetahuan akan hari qiyamat.





No. Hadist: 48


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ } الْآيَةَ ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ جَعَلَ ذَلِك كُلَّهُ مِنْ الْإِيمَانِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah Islam itu?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat" (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; "Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka." Abu Abdullah berkata: "Semua hal yang diterangkan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dijadikan sebagai iman.



No. Hadist: 49


حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ أَنَّ هِرَقْلَ قَالَ لَهُ سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ فَزَعَمْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ وَكَذَلِكَ الْإِيمَانُ حَتَّى يَتِمَّ وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ فَزَعَمْتَ أَنْ لَا وَكَذَلِكَ الْإِيمَانُ حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ الْقُلُوبَ لَا يَسْخَطُهُ أَحَدٌ

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd dari Shalih dari Ibnu Syihab dari Ubaidillah bin Abdullah bahwa Abdullah bin 'Abbas mengabarkan kepadanya, bahwa dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Sufyan bin Harb bahwa Heraqlius berkata kepadanya: "Aku sudah bertanya kepadamu, apakah jumlah mereka bertambah atau berkurang? Maka kamu bertutur bahwa mereka bertambah, dan memang begitulah iman akan terus berkembang hingga sempurna. Dan aku bertanya kepadamu, apakah ada orang yang murtad karena dongkol pada agamanya? Kemudian kamu bertutur; tidak ada, maka begitu juga iman bila sudah tumbuh bersemi dalam hati tidak akan ada yang dongkol kepadanya".



Keutamaan orang yang memelihara agamanya





No. Hadist: 50


حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah menceritakan kepada kami Zakaria dari 'Amir berkata; aku mendengar An Nu'man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati".



Menunaikan pembagian seperlima bagian ghanimah merupakan bagian dari iman





No. Hadist: 51


حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كُنْتُ أَقْعُدُ مَعَ ابْنِ عَبَّاسٍ يُجْلِسُنِي عَلَى سَرِيرِهِ فَقَالَ أَقِمْ عِنْدِي حَتَّى أَجْعَلَ لَكَ سَهْمًا مِنْ مَالِي فَأَقَمْتُ مَعَهُ شَهْرَيْنِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ لَمَّا أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ الْقَوْمُ أَوْ مَنْ الْوَفْدُ قَالُوا رَبِيعَةُ قَالَ مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا لَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيكَ إِلَّا فِي الشَّهْرِ الْحَرَامِ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ فَصْلٍ نُخْبِرْ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا وَنَدْخُلْ بِهِ الْجَنَّةَ وَسَأَلُوهُ عَنْ الْأَشْرِبَةِ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصِيَامُ رَمَضَانَ وَأَنْ تُعْطُوا مِنْ الْمَغْنَمِ الْخُمُسَ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ الْحَنْتَمِ وَالدُّبَّاءِ وَالنَّقِيرِ وَالْمُزَفَّتِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ وَقَالَ احْفَظُوهُنَّ وَأَخْبِرُوا بِهِنَّ مَنْ وَرَاءَكُمْ

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Ja'di berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Abu Jamrah berkata: aku pernah duduk bersama Ibnu 'Abbas saat dia mempersilahkan aku duduk di permadaninya lalu berkata: "Tinggallah bersamaku hingga aku memberimu bagian dari hartaku". Maka aku tinggal mendampingi dia selama dua bulan, lalu berkata: Ketika utusan Abu Qais datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Beliau bertanya kepada mereka: "Kaum manakah ini atau utusan siapakah ini? Mereka menjawab: "Rabi'ah!" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "selamat datang wahai para utusan dengan sukarela dan tanpa menyesal". para utusan itu berkata: "ya Rasulullah, kami tidak dapat mendatangimu kecuali di bulan suci, karena antara kami dan engkau ada suku Mudlor yang kafir. Oleh karena itu ajarkanlah kami dengan satu pelajaran yang jelas yang dapat kami amalkan dan dapat kami ajarkan kepada orang-orang di kampung kami, yang dengan begitu kami dapat masuk surga." kemudian mereka bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang minuman, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan mereka dengan empat hal dan melarang dari empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah satu-satunya, kemudian bertanya: "Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah satu-satunya?" Mereka menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: Persaksian tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadlan dan mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang". Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang mereka dari empat perkara, yaitu janganlah kalian meminum sesuatu dari al hantam, ad Dubbaa`, an naqir dan al Muzaffaat. Atau Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menyebut muqoyyir (bukan naqir). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "jagalah semuanya dan beritahukanlah kepada orang-orang di kampung kalian".




Sesungguhnya amal itu bergantung dengan niat dan pengharapan, dan setiap mukmin akan mendapatkan sesuai dengan niatnya





No. Hadist: 52


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Ibrahim dari Alqamah bin Waqash dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.".



No. Hadist: 53


حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَدِيُّ بْنُ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ يَزِيدَ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Adi bin Tsabit berkata: Aku pernah mendengar Abdullah bin Yazid dari Abu Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Apabila seseorang memberi nafkah untuk keluarganya dengan niat mengharap pahala maka baginya Sedekah".



No. Hadist: 54


حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي عَامِرُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ

Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi' berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri berkata, telah menceritakan kepadaku 'Amir bin Sa'd dari Sa'd bin Abu Waqash bahwasanya dia mengabarkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya, tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah yang dimaksudkan mengharap wajah Allah kecuali kamu akan diberi pahala termasuk sesuatu yang kamu suapkan ke mulut istrimu".



Agama adalah nasehat (loyalitas) kepada Allah, Rasul-Nya dan para pemimpin.





No. Hadist: 55


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنِي قَيْسُ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku Qais bin Abu Hazim dari Jarir bin Abdullah berkata: "Aku telah membai'at Rasulullah untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menasehati kepada setiap muslim".



No. Hadist: 56


حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ قَالَ سَمِعْتُ جَرِيرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ يَوْمَ مَاتَ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ قَامَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ عَلَيْكُمْ بِاتِّقَاءِ اللَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَالْوَقَارِ وَالسَّكِينَةِ حَتَّى يَأْتِيَكُمْ أَمِيرٌ فَإِنَّمَا يَأْتِيكُمْ الْآنَ ثُمَّ قَالَ اسْتَعْفُوا لِأَمِيرِكُمْ فَإِنَّهُ كَانَ يُحِبُّ الْعَفْوَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ أُبَايِعُكَ عَلَى الْإِسْلَامِ فَشَرَطَ عَلَيَّ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ فَبَايَعْتُهُ عَلَى هَذَا وَرَبِّ هَذَا الْمَسْجِدِ إِنِّي لَنَاصِحٌ لَكُمْ ثُمَّ اسْتَغْفَرَ وَنَزَلَ

Telah menceritakan kepada kami Abu An Nu'man berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Ziyad bin 'Alaqah berkata; saya mendengar Jarir bin Abdullah berkata ketika Al Mughirah bin Syu'bah meninggal, sambil berdiri dia memuji Allah dan mensucikan-Nya, berkata: "Wajib atas kalian bertakwa kepada Allah satu-satunya dan tidak menyekutukannya, dan dengan penuh ketundukan dan ketenangan sampai datang pemimpin pengganti, dan sekarang datang penggantinya, " kemudian dia berkata: "Mintakanlah maaf kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala buat pemimpin kalian ini (Al Mughirah), karena dia suka memberi maaf." Lalu berkata: "Amma ba'du, sesungguhnya aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian aku berkata: "Aku membai'at engkau untuk Islam". Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi syarat dan menasehati kepada setiap muslim, maka aku membai'at Beliau untuk perkara itu, dan demi Pemilik Masjid ini, sungguh aku akan selalu memberi nasihat kepada kalian" Kemudian dia beristighfar lalu turun dari mimbar.

semoga bermanfaat